Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Rojali ke Rombel: Rahasia Belanja Tanpa Penyesalan Terbongkar

3 Agustus 2025   22:31 Diperbarui: 3 Agustus 2025   22:31 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rojali adalah Rombongan Jarang Beli, saatnya Rombel yaitu Rombongan Beli Cerdas beraksi. | Kompas.com/Krisda Tiofani

Mengenal Fenomena Rojali dan Dampaknya

Pernahkah Anda pergi ke mal atau toko bersama teman-teman, menghabiskan waktu berjam-jam berkeliling, mencoba berbagai produk, mengambil foto, lalu pulang dengan tangan kosong? Atau mungkin, Anda sering melihat orang-orang di sekitar yang melakukan hal serupa? 

Inilah yang disebut dengan Fenomena Rojali, singkatan dari Rombongan Jarang Beli. Fenomena ini bukan sekadar kebiasaan, melainkan sebuah gaya hidup yang tanpa sadar menggerogoti waktu, energi, dan bahkan kesehatan mental.

Secara sekilas, menjadi Rojali terlihat tidak merugikan. Kita bisa menikmati suasana mal yang sejuk, melihat tren terbaru, dan bersenang-senang dengan teman-teman. Namun, jika ditelisik lebih dalam, kebiasaan ini memiliki dampak negatif yang cukup signifikan. 

Waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal produktif, seperti belajar, berolahraga, atau mengerjakan hobi, habis begitu saja untuk aktivitas yang tidak menghasilkan. Tentu, sesekali tidak masalah. Tapi jika ini menjadi kebiasaan, kita akan merasa lelah tanpa alasan yang jelas.

Selain membuang waktu, fenomena Rojali juga bisa memicu perasaan tidak puas. Kita melihat begitu banyak barang bagus, mencoba pakaian yang pas di badan, tapi tidak membelinya. Akibatnya, kita pulang dengan perasaan hampa dan kadang diliputi rasa iri. 

Kita mulai membandingkan diri dengan orang lain yang bisa membeli barang-barang tersebut, padahal kita sendiri punya uang tapi tidak berani menggunakannya. Ini adalah lingkaran setan yang membuat hati dan pikiran kita tidak tenang.

Rojali sering kali punya banyak alasan untuk tidak membeli. Mungkin mereka hanya ingin melihat-lihat, atau sedang berhemat. Namun, alasan yang paling mendasar adalah ketidakmampuan untuk membuat keputusan. Mereka takut salah beli, takut uangnya habis, atau takut menyesal. 

Padahal, keputusan membeli yang bijak tidak akan menimbulkan penyesalan. Ketakutan inilah yang membuat mereka terjebak dalam siklus "hanya melihat, tidak membeli." Mereka tidak memiliki strategi atau tujuan yang jelas saat berbelanja.

Pada akhirnya, fenomena Rojali adalah cerminan dari ketidakmampuan mengelola diri, terutama dalam hal keinginan dan keuangan. Mereka adalah rombongan yang hanya menikmati proses "window shopping" tanpa pernah mencapai tujuan akhir. 

Mereka mungkin sering nanya-nanya ke pegawai toko, tapi ujung-ujungnya pergi begitu saja. Kebiasaan ini tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga kurang etis bagi para penjual yang sudah melayani dengan baik. Oleh karena itu, sudah saatnya kita meninggalkan kebiasaan ini dan beralih ke gaya hidup yang lebih cerdas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun