Di Bandung, Jawa Barat, krisis perumahan bukan lagi rahasia. Banyak keluarga bermimpi memiliki rumah layak huni, dan program rumah subsidi hadir sebagai jawaban. Namun, kenyataannya tak seindah bayangan.Â
Alih-alih laris manis, banyak rumah subsidi justru teronggok sepi, menjadi "jebakan" yang membingungkan. Mengapa program yang seharusnya jadi solusi ini malah tersandung? Mari kita telisik faktor-faktor tersembunyi di baliknya.
Kualitas dan Lokasi: Dua Sisi Mata Uang yang Pahit
Kualitas Bangunan yang Meragukan
Rumah subsidi sering kali diidentikkan dengan kualitas seadanya. Bukan rahasia lagi jika banyak laporan tentang retaknya dinding, atap bocor, atau material yang cepat rusak. Bayangkan, Anda baru saja menempati rumah impian, tapi sudah harus berhadapan dengan perbaikan sana-sini.Â
Ini bukan sekadar ketidaknyamanan, tapi juga beban finansial tambahan yang tidak sedikit. Calon pembeli, yang biasanya dari kalangan berpenghasilan rendah, tentu akan berpikir dua kali. Mereka mencari kepastian, bukan sekadar janji murah di awal.
Spesifikasi minimal menjadi pedoman utama dalam pembangunan rumah subsidi. Tujuannya agar harga bisa ditekan, sesuai dengan target pasar. Namun, dalam praktiknya, minimal sering diartikan sebagai "seadanya".Â
Material yang digunakan cenderung berkualitas rendah, pengerjaan terburu-buru, dan pengawasan mutu seringkali longgar. Akibatnya, rumah yang terbangun terlihat kurang kokoh dan tidak menjanjikan ketahanan jangka panjang. Ini menjadi kekhawatiran besar bagi pembeli, karena rumah adalah investasi seumur hidup.
Selain itu, desain rumah subsidi seringkali monoton dan kurang inovatif. Dengan ukuran yang seragam dan cenderung mungil, banyak calon pembeli merasa tidak ada pilihan yang sesuai dengan kebutuhan atau selera mereka.Â
Di era modern ini, masyarakat tidak hanya mencari tempat tinggal, tapi juga hunian yang nyaman, fungsional, dan sedikit sentuhan estetika. Keterbatasan variasi tipe dan desain membuat minat konsumen menurun, terutama bagi mereka yang memiliki sedikit harapan akan rumah ideal.
Lokasi yang Terpinggirkan dan Minim Akses