Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Honorer Pedalaman, Cermin Pilu Pendidikan Kita

18 Juli 2025   23:52 Diperbarui: 19 Juli 2025   06:30 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamaludin (40) guru honorer di pelosok OKU Timur Sekolah filial itu berada di Dusun 5 RT 7, Desa Sukabumi, Cempaka Kab. OKU Timur. | TribunSumsel.com

Mereka juga harus menjadi multi-tasking. Selain mengajar mata pelajaran, mereka juga sering menjadi pembimbing, teman curhat, bahkan orang tua pengganti bagi murid-muridnya. Ada guru yang harus mengajar beberapa kelas sekaligus, karena kekurangan tenaga pengajar. Beban kerja mereka sangat besar, jauh melebihi apa yang dibayangkan banyak orang.

Setiap kali ada momen seperti Hari Pertama Masuk Sekolah, guru honorer ini menjadi yang paling sibuk. Mereka menyiapkan kelas, menyambut murid-murid baru dengan senyum hangat, dan memastikan suasana belajar menyenangkan. Mereka ingin anak-anak punya kesan baik di hari pertama, supaya semangat sekolahnya terus terjaga.

Pengorbanan mereka bukan hanya soal materi. Mereka mengorbankan waktu, tenaga, bahkan kesempatan untuk hidup lebih nyaman di kota. Mereka memilih bertahan di pedalaman, demi anak-anak yang haus ilmu. Mereka mengajarkan mimpi besar kepada murid-muridnya, padahal mimpi mereka sendiri sering terhimpit realita pahit.

Banyak dari mereka sudah mengabdi belasan, bahkan puluhan tahun. Usia mereka terus bertambah, tapi status honorer tidak berubah. Harapan untuk diangkat menjadi PNS seolah tinggal mimpi. Setiap ada pengangkatan, mereka berharap-harap cemas. Namun, seringkali hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ini adalah potret ketidakadilan yang jelas di balik senyum pendidikan.

Cermin Kondisi Pendidikan Kita

Kisah guru honorer di pedalaman ini adalah cermin kondisi pendidikan kita secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa masih banyak ketimpangan. Pendidikan yang seharusnya merata, ternyata masih sangat bergantung pada pengorbanan pribadi para guru. Negara belum sepenuhnya hadir secara adil bagi mereka.

Jika guru-guru di garis depan pendidikan ini tidak sejahtera, bagaimana kita bisa mengharapkan kualitas pendidikan yang tinggi? Bagaimana mereka bisa fokus mendidik jika pikiran mereka terus terbebani masalah ekonomi? Ini adalah pertanyaan besar yang harus dijawab.

Pendidikan yang baik berawal dari guru yang sejahtera dan termotivasi. Ketika guru merasa dihargai, mereka akan memberikan yang terbaik. Kesejahteraan guru honorer bukan hanya soal hak mereka, tapi juga investasi untuk masa depan bangsa. Anak-anak yang mereka didik hari ini, akan menjadi pemimpin di masa depan.

Guru honorer di pedalaman adalah bukti nyata bahwa semangat pengabdian masih ada di tengah segala keterbatasan. Mereka membuktikan bahwa dedikasi tidak bisa dibeli dengan uang. Namun, bukan berarti kita bisa membiarkan mereka terus berjuang sendirian. Ini adalah tanggung jawab bersama.

Pemerintah, masyarakat, dan semua pihak terkait harus duduk bersama mencari solusi konkret. Tidak cukup hanya dengan ucapan terima kasih. Mereka butuh kepastian status, gaji yang layak, dan fasilitas yang memadai. Ini bukan hanya untuk mereka, tapi untuk memastikan setiap anak di Indonesia punya kesempatan yang sama untuk maju.

Kita harus melihat guru honorer pedalaman ini bukan hanya sebagai data statistik atau angka, tapi sebagai manusia dengan segala impian dan perjuangan. Mereka adalah orang tua, tetangga, dan anggota masyarakat yang juga butuh dukungan. Mengabaikan mereka berarti mengabaikan masa depan pendidikan kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun