Kabar kenaikan harga beras memang sering bikin kita deg-degan. Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan bahwa pada Juni 2025, harga beras di berbagai tingkatan, mulai dari penggilingan, grosir, sampai eceran, semuanya naik. Harga rata-rata beras di penggilingan saja sudah mencapai Rp12.994 per kilogram, naik sekitar 2,05% dari bulan sebelumnya, dan bahkan 3,62% dibandingkan tahun lalu. Ini artinya, beras yang kita beli di warung atau supermarket juga akan ikut naik harganya.
Lebih detailnya, beras kualitas premium naik 2,05% dari bulan Mei 2025 dan 2,84% dari Juni tahun lalu. Beras medium pun tak ketinggalan, naik 2,33% dari bulan sebelumnya dan 4,51% dibandingkan tahun lalu. Kenaikan ini juga terasa di tingkat grosir, dengan rata-rata harga mencapai Rp13.979 per kilogram. Agak aneh memang, karena katanya stok beras pemerintah itu melimpah. Tapi, kenyataannya harga di pasaran tetap saja meroket.
Melihat kondisi ini, kita sebagai ibu rumah tangga atau penanggung jawab dapur tentu perlu putar otak. Bagaimana caranya agar pengeluaran untuk makan tidak membengkak terlalu jauh, tapi gizi keluarga tetap terpenuhi? Nah, di sinilah pentingnya punya dapur pintar dan tahu tips serta trik memasak hemat tanpa mengorbankan gizi.
Pertama-tama, mari kita mulai dengan mengurangi ketergantungan pada beras sebagai satu-satunya sumber karbohidrat utama. Kita sudah terlalu terbiasa menjadikan nasi sebagai makanan pokok yang wajib ada di setiap hidangan. Padahal, Indonesia itu kaya raya akan sumber karbohidrat lain yang tak kalah bergizi dan seringkali lebih murah.
Coba pikirkan singkong, ubi, kentang, jagung, sagu, atau talas. Bahan-bahan ini bisa menjadi pengganti nasi yang sangat baik. Misalnya, Anda bisa membuat nasi jagung, bubur singkong, perkedel kentang sebagai pengganti nasi, atau bahkan roti tawar dari ubi. Rasanya enak, mengenyangkan, dan gizinya pun lengkap. Dengan mencoba variasi ini, Anda tidak hanya berhemat tapi juga memperkenalkan beragam rasa dan nutrisi baru bagi keluarga.
Selanjutnya, memanfaatkan kembali sisa bahan makanan adalah trik cerdas yang sering diabaikan. Sisa nasi semalam jangan langsung dibuang. Bisa diolah jadi nasi goreng, nasi bakar, atau kerupuk nasi. Sisa sayuran yang belum layu bisa dijadikan sup atau tumisan tambahan. Ini bukan cuma hemat, tapi juga mengurangi limbah makanan di rumah kita.
Penting juga untuk merencanakan menu mingguan. Dengan perencanaan yang matang, Anda bisa membeli bahan makanan sesuai kebutuhan, menghindari pemborosan, dan memastikan semua bahan terpakai. Buat daftar belanja, patuhi daftar itu, dan jangan mudah tergoda diskon yang justru membuat Anda membeli barang tidak perlu. Fokus pada bahan dasar yang serbaguna dan bisa diolah menjadi beberapa menu berbeda.
Pertimbangkan untuk membeli bahan makanan dalam jumlah besar (grosir) untuk bahan-bahan yang sering dipakai dan tahan lama, seperti minyak goreng, gula, tepung, atau bahkan beras jika Anda punya tempat penyimpanan yang baik. Harga per kilogram atau per liter biasanya akan lebih murah dibanding membeli eceran. Tapi ingat, pastikan Anda punya tempat penyimpanan yang baik agar tidak mudah rusak atau berjamur.
Memanfaatkan promo atau diskon itu boleh, tapi harus cerdas. Jangan kalap. Pastikan barang yang Anda beli memang barang yang Anda butuhkan dan akan segera terpakai. Bandingkan harga di beberapa toko atau supermarket sebelum memutuskan membeli. Jangan sungkan untuk bertanya kepada tetangga atau teman tentang tempat belanja yang paling murah dan berkualitas.
Trik lain yang tak kalah penting adalah memasak sendiri di rumah. Hindari terlalu sering jajan di luar, apalagi memesan makanan daring. Biaya makan di luar jauh lebih mahal dibanding memasak sendiri. Dengan memasak sendiri, Anda bisa mengontrol porsi, bahan, dan cara pengolahannya, sehingga lebih sehat dan lebih hemat.
Berkebun mini di rumah juga merupakan solusi jangka panjang yang sangat jitu. Tanam sayuran yang sering Anda gunakan, seperti cabai, bawang, tomat, sawi, atau seledri. Seperti yang sudah dibahas, menanam seledri itu mudah dan bisa dipanen berkali-kali. Dengan punya pasokan sayuran segar sendiri, Anda bisa mengurangi frekuensi belanja dan selalu punya bahan pelengkap masakan yang bebas bahan kimia.