Di tengah gejolak ekonomi yang tak menentu, banyak orang berlomba-lomba mempertahankan ekonomi keluarga. Lebih dari itu, tak sedikit yang berusaha keras untuk bisa menambah penghasilan. Beragam cara dilakukan, mulai dari bekerja keras, mencari pekerjaan sampingan, hingga memulai usaha kecil-kecilan dari rumah. Dorongan untuk memastikan dapur tetap mengepul dan kebutuhan keluarga terpenuhi menjadi semangat utama.
Ini juga yang dilakukan oleh Hanifah, atau yang akrab disapa Teh Hani. Wanita berusia 36 tahun ini tinggal di daerah Arcamanik, Kota Bandung. Ia memanfaatkan pojok teras rumahnya yang strategis untuk berdagang bakso. Setiap harinya, gerobak baksonya siap melayani pembeli yang datang.
Teh Hani adalah seorang istri dengan dua orang anak. Dua buah hatinya menjadi motivasi terbesarnya untuk terus berjuang. Ia sadar, di masa sekarang, mengandalkan satu sumber penghasilan saja seringkali tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan yang terus meningkat.
Pada hari Rabu, 2 Juli 2025, Teh Hani menuturkan maksud di balik keputusannya berjualan bakso. "Bukan tidak cukup, tapi ingin menambah penghasilan," katanya. Kalimat itu sederhana, namun penuh makna. Ia tidak bermaksud tidak bersyukur dengan rezeki yang ada, tetapi ia melihat potensi di sekelilingnya yang bisa dimanfaatkan.
Pojok teras rumahnya, yang tadinya hanya teras kosong, kini berubah menjadi warung bakso sederhana namun ramai. Baginya, sayang jika pojok teras itu dibiarkan begitu saja tanpa menghasilkan apa-apa. Dengan sedikit kreativitas dan keberanian, pojok rumah bisa menjadi sumber rezeki.
Suami Teh Hani saat ini bekerja sebagai tukang sablon di kawasan Suci, Bandung. Pekerjaan tukang sablon memiliki pasang surutnya sendiri, tergantung pada pesanan. Dengan Teh Hani berjualan bakso, beban ekonomi keluarga bisa sedikit berkurang. "Ini mah bantu-bantu suami juga," ucapnya.
Di warung bakso Teh Hani, terlihat sebuah gerobak bakso yang bersih dan tertata rapi. Di salah satu sudut gerobak, menggantung kerupuk-kerupuk renyah dalam plastik transparan, siap menemani hangatnya kuah bakso. Aroma bakso yang gurih dan sedap seringkali tercium hingga ke jalan, menarik perhatian warga sekitar.
Warung bakso Teh Hani memang tidak terlalu besar, hanya memanfaatkan pojok teras. Namun, kesederhanaan itu justru menjadi daya tarik tersendiri. Pembeli bisa menikmati bakso sambil duduk di bangku plastik yang disediakan, merasakan suasana rumahan yang hangat.
Teh Hani memulai usahanya ini bukan tanpa pertimbangan. Ia tahu bahwa berjualan makanan butuh modal, tenaga, dan yang paling penting, rasa yang enak. Sebelum memutuskan berjualan bakso, Teh Hani sudah sering mencoba berbagai resep. Ia memastikan bakso buatannya memiliki rasa yang khas dan disukai banyak orang.
Modal awal yang digunakan Teh Hani tidak terlalu besar. Ia memulainya dari tabungan pribadi dan sebagian bantuan dari keluarga. Ia membeli gerobak bekas yang masih layak pakai, peralatan masak seadanya, serta bahan-bahan baku seperti daging sapi, tepung, bumbu, dan mie.
Setiap pagi, sebelum matahari terlalu tinggi, Teh Hani sudah sibuk di dapur. Ia mempersiapkan adonan bakso, merebusnya hingga matang, dan menyiapkan kuah kaldu yang kaya rasa. Semua proses dilakukan sendiri, dengan teliti dan penuh perhatian pada kebersihan.