Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ketika Topik Keuangan Jadi "Hantu" di Meja Makan Keluarga

3 Juli 2025   09:39 Diperbarui: 3 Juli 2025   09:39 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Bahas keuangan keluarga. | Image by Unsplash.com/Yunus Tu

Kedua, mulai dengan komunikasi yang sederhana. Tidak perlu langsung membahas angka-angka rumit. Bisa dimulai dengan pertanyaan ringan seperti, "Minggu ini pengeluaran kita kira-kira berapa ya?" atau "Ada kebutuhan apa yang mendesak bulan ini?"

Ketiga, tentukan waktu khusus untuk bahas keuangan keluarga. Bisa seminggu sekali, atau sebulan sekali. Waktu ini harus disepakati bersama, di saat semua anggota keluarga merasa santai dan tidak terburu-buru. Hindari membahas saat sedang ada masalah besar, karena suasana bisa jadi makin panas.

Keempat, ajak anak-anak untuk terlibat, sesuai dengan usia mereka. Untuk anak kecil, bisa diajarkan tentang konsep menabung dan membedakan kebutuhan dan keinginan. Untuk remaja, bisa diajak memahami konsep anggaran, pentingnya bekerja, dan bagaimana uang didapatkan serta dibelanjakan.

Misalnya, jika anak ingin membeli mainan baru, orang tua bisa menjelaskan, "Mainan itu harganya sekian. Uang kita bulan ini sudah dialokasikan untuk kebutuhan pokok. Mungkin kita bisa menabung sedikit demi sedikit untuk membeli mainan itu nanti, ya."

Kelima, buat anggaran sederhana. Tidak perlu yang terlalu detail dan rumit. Cukup catat pemasukan dan pengeluaran utama. Dengan melihat angka secara tertulis, akan lebih mudah untuk tahu ke mana uang pergi dan di mana bisa dihemat.

Kembali ke keluarga Pak Budi. Setelah kejadian Rio, Ibu Ani menyadari mereka harus berubah. Ia mencoba mengajak Pak Budi untuk duduk bersama dan bahas keuangan keluarga dengan lebih terbuka. Awalnya Pak Budi masih enggan, tapi Ibu Ani terus membujuk dengan sabar.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk meluangkan waktu setiap malam Minggu untuk membicarakan keuangan. Mereka membuat catatan pemasukan dan pengeluaran sederhana. Mereka juga mulai membicarakan tujuan finansial, termasuk pendidikan Rio.

Ketika anak-anak diajak bergabung dalam diskusi ini, mereka juga kaget. Mereka tidak menyangka bahwa mengelola uang itu rumit. Namun, mereka juga jadi lebih mengerti dan menghargai kerja keras orang tua mereka.

Rio, misalnya, jadi lebih bersemangat mencari beasiswa atau pekerjaan paruh waktu untuk membantu biaya kuliahnya. Adik Rio, Sinta, yang tadinya sering merengek minta dibelikan ini itu, jadi lebih bijak dalam keinginannya.

Meskipun masih ada tantangan, suasana di meja makan keluarga Pak Budi jadi lebih hangat. Topik keuangan tidak lagi jadi "hantu" yang menakutkan. Justru, itu jadi alat untuk merencanakan masa depan bersama, dengan transparansi dan saling pengertian.

Memang tidak mudah mengubah kebiasaan. Butuh waktu dan kesabaran. Tapi, manfaatnya jauh lebih besar. Keluarga jadi lebih kompak, tujuan finansial bisa dicapai bersama, dan yang paling penting, tidak ada lagi rahasia atau beban yang dipendam sendirian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun