Ini adalah bentuk "transformasi" sampah.
Keempat, mengganti (Replace). Dalam konteks yang lebih luas, PLH juga memperkenalkan konsep mengganti produk yang kurang ramah lingkungan dengan alternatif yang lebih baik.Â
Misalnya, memilih sedotan stainless steel daripada sedotan plastik, atau memakai piring dan gelas dari bahan yang bisa dicuci ulang daripada sekali pakai. Ini adalah "kesepakatan baru" dengan lingkungan.
Kelima, membuat kompos (Composting) untuk sampah organik. Anak-anak belajar bahwa sisa makanan, kulit buah, atau daun kering bisa diolah menjadi pupuk yang bermanfaat untuk tanaman.Â
Contoh kegiatan nyatanya: membuat lubang biopori atau bak kompos kecil di lingkungan sekolah untuk mengolah sampah organik dari sisa makanan kantin atau daun-daun kering di halaman.Â
Ini adalah cara "mengembalikan" sampah ke alam dengan cara yang baik.
Dari Kelas ke Aksi Nyata: Transformasi "Komunikasi"
Pelajaran PLH tidak hanya berhenti di teori. Guru-guru di sekolah dasar, termasuk di SD Plus Al Ghifari Kota Bandung, tentu berusaha menerapkan pembelajaran ini ke dalam aksi nyata.Â
Momen pembagian rapor yang akan datang adalah refleksi dari proses belajar ini. Mungkin tidak ada kolom khusus "Kemampuan Berbicara dengan Sampah" di rapor, tapi kepedulian yang tumbuh akan terlihat dari perilaku anak.
Contoh kegiatan nyata yang bisa dilakukan dan memang sudah banyak dilakukan di sekolah-sekolah:
Piket Kebersihan Lingkungan Sekolah: Anak-anak bertanggung jawab membersihkan kelas, halaman, dan area sekolah, termasuk memilah sampah yang ditemukan.