Ini adalah bentuk kemandirian ekonomi yang paling nyata. Keluarga tidak lagi sepenuhnya bergantung pada gaji bulanan dari satu sumber saja.Â
Mereka memiliki sumber pendapatan alternatif yang bisa menjadi penopang, bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Ini memberikan rasa aman dan stabil di tengah ketidakpastian.
Setiap mangkuk mie ayam, setiap gorengan, setiap gelas cendol yang terjual adalah kontribusi kecil namun berarti bagi ketahanan ekonomi nasional.Â
Ketika ribuan, bahkan jutaan, orang melakukan hal serupa di seluruh Indonesia, dampaknya akan sangat besar. Ekonomi bergerak, uang berputar di masyarakat, dan daya beli tetap terjaga.
Pemerintah dan berbagai pihak juga diharapkan bisa memberikan dukungan lebih lanjut kepada para pedagang kecil ini. Misalnya, dengan memberikan pelatihan manajemen usaha sederhana, akses permodalan yang mudah, atau bantuan dalam hal perizinan.Â
Dukungan ini bisa menjadi pendorong agar usaha-usaha mikro ini bisa berkembang lebih besar.
Melalui kisah-kisah seperti Adi dan para pedagang lainnya, kita bisa melihat cahaya baru ekonomi yang muncul dari semangat kewirausahaan.Â
Mereka adalah pahlawan ekonomi tanpa tanda jasa, yang dengan tangan sendiri berjuang untuk keberlangsungan hidup keluarga dan turut menerangi jalan bangsa menuju masa depan yang lebih baik.
Semangat membuka usaha sesuai minat ini juga patut dicontoh. Jika seseorang memiliki hobi memasak, ia bisa mencoba menjual makanan. Jika seseorang pandai menjahit, ia bisa membuka jasa jahit atau menjual pakaian hasil karyanya.Â
Intinya adalah memanfaatkan apa yang kita suka dan apa yang kita bisa, lalu mengubahnya menjadi sesuatu yang produktif.
Ini adalah bentuk diversifikasi ekonomi yang penting. Tidak semua orang harus bekerja di pabrik atau kantoran. Ada banyak jalan menuju rezeki, dan salah satunya adalah melalui usaha mandiri. Kreativitas dan keberanian adalah modal utama.