Perpustakaan sekolah, idealnya, adalah jantung dari kehidupan akademis dan intelektual sebuah institusi pendidikan. Ia bukan sekadar gudang buku, melainkan sebuah ruang hidup yang memupuk minat baca, mengembangkan keterampilan mencari informasi, dan menumbuhkan budaya literasi di kalangan siswa dan guru.Â
Visi untuk menjadikan perpustakaan sekolah sebagai "rumah literasi" adalah sebuah cita-cita mulia yang patut diusahakan bersama.Â
Di dalam rumah literasi inilah, setiap individu merasa diterima, didorong untuk belajar tanpa batas, dan menemukan jendela-jendela ilmu pengetahuan yang tak terhingga.
Namun, seringkali, realitas perpustakaan sekolah tidak seindah idealnya. Banyak perpustakaan yang kondisinya memprihatinkan, dengan koleksi buku yang usang, tidak relevan dengan perkembangan zaman, bahkan jumlahnya pun terbatas.Â
Sarana dan prasarana yang ada pun jauh dari kata memadai, menciptakan suasana yang kurang nyaman dan tidak menarik bagi para penggunanya.Â
Jika kita mengibaratkan perpustakaan sekolah sebagai sebuah rumah literasi, maka rumah ini sedang dalam kondisi yang kurang baik, bahkan bisa dikatakan butuh renovasi yang mendesak, terutama pada bagian koleksi bukunya.
Urgensi renovasi koleksi perpustakaan sekolah bukanlah sekadar memperbarui tampilan fisik atau menambah jumlah buku semata. Lebih dari itu, ini adalah tentang memastikan bahwa "rumah literasi" kita benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya.Â
Koleksi buku yang relevan dan beragam adalah fondasi utama dari sebuah perpustakaan yang efektif. Tanpa koleksi yang memadai, perpustakaan akan kehilangan daya tariknya, minat baca siswa akan sulit tumbuh, dan tujuan untuk menciptakan budaya literasi akan sulit tercapai.
Bayangkan seorang siswa yang ingin mencari informasi terbaru tentang perkembangan teknologi, namun yang ia temukan hanyalah buku-buku lawas yang sudah tidak lagi relevan.Â
Atau seorang guru yang ingin memperkaya materi pembelajarannya dengan referensi terkini, namun perpustakaan hanya menyediakan buku-buku yang sudah ketinggalan zaman. Kondisi seperti ini tentu akan menghambat proses belajar mengajar dan mematikan rasa ingin tahu.
Urgensi renovasi koleksi juga berkaitan erat dengan tuntutan kurikulum yang terus berkembang. Materi pembelajaran saat ini semakin dinamis, menuntut siswa untuk memiliki kemampuan mengakses dan mengolah informasi dari berbagai sumber.Â