Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Jujur Soal Kesulitan Itu Penting? Menangani Duck Syndrome Lewat Keterbukaan

25 April 2025   23:13 Diperbarui: 25 April 2025   23:13 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duck syndrome bisa terjadi ketika kita tertekan namun tetap harus menjadi sosok yang sempurna. | Freepik/creativeart via Kompas.com

Fenomena Duck Syndrome telah menjadi analogi yang semakin relevan untuk menggambarkan kondisi sebagian masyarakat modern, terutama di kalangan kelas menengah. Seperti seekor bebek yang berenang dengan tenang di permukaan air, banyak orang tampak santai, stabil, dan berhasil di mata dunia luar. Mereka menampilkan citra yang 'baik-baik saja', seolah-olah hidup mereka berjalan mulus tanpa hambatan berarti.

Namun, siapa sangka bahwa di bawah permukaan yang tenang itu, kaki-kaki sang bebek sedang mendayung dengan panik, berusaha mati-matian agar tetap mengapung dan bergerak maju. Inilah gambaran nyata dari perjuangan internal, kecemasan, dan kelelahan yang dirasakan oleh penderita Duck Syndrome. Mereka 'habis-habisan' di dalam demi menjaga agar penampilan luar tetap 'terlihat oke'.

Di tengah tekanan untuk selalu menampilkan versi terbaik diri, terutama di era media sosial di mana validasi sering dicari melalui citra, ada dorongan kuat untuk menyembunyikan kesulitan. Kelas menengah kerap merasa bahwa menunjukkan kelemahan atau kesulitan finansial, karier, atau pribadi adalah tanda kegagalan yang harus ditutup-tutupi rapat.

Muncul pertanyaan krusial di tengah fenomena ini: Mengapa jujur soal kesulitan itu penting? Mengapa keterbukaan, yang terasa sangat bertentangan dengan keinginan untuk terlihat 'oke', justru menjadi kunci untuk menangani Duck Syndrome?

Pertama, mari kita pahami lebih dalam mengenai 'kebohongan' yang dipertahankan dalam Duck Syndrome. Ini bukanlah kebohongan yang disengaja untuk menipu, melainkan lebih merupakan mekanisme pertahanan diri yang dibangun di atas ketakutan. Takut dihakimi, takut dianggap tidak mampu, takut kehilangan status sosial, atau takut mengecewakan orang lain.

Ketakutan ini mendorong individu untuk memalsukan ketenangan. Mereka memoles penampilan luar, menyaring apa yang dibagikan kepada dunia, dan menghindari percakapan yang bisa mengungkap celah dalam facade kesempurnaan yang mereka bangun. Energi yang sangat besar diinvestasikan untuk menjaga ilusi ini tetap utuh.

Namun, biaya dari ketidakjujuran dan penindasan perasaan ini sangat mahal. Ketika seseorang terus menerus menyembunyikan kesulitan dan perjuangan internalnya, beban tersebut menumpuk. Stres dan kecemasan tidak hilang; mereka hanya didorong ke bawah permukaan, menggerogoti kesehatan mental dan fisik dari dalam.

Memendam masalah menciptakan perasaan isolasi yang mendalam. Meskipun dikelilingi oleh banyak orang, penderita Duck Syndrome merasa sendirian dalam perjuangan mereka. Mereka berpikir bahwa tidak ada orang lain yang mengalami hal serupa, atau bahwa mereka adalah satu-satunya yang tidak mampu mengatasi hidup 'seperti orang lain'.

Ketidakjujuran mengenai kesulitan juga menghalangi solusi. Ketika masalah tidak diakui atau dibagikan, sulit bagi orang lain untuk menawarkan bantuan atau dukungan. Individu tersebut terjebak dalam siklus perjuangan senyap, mendayung semakin panik di bawah air tanpa ada yang tahu ia membutuhkan pelampung.

Penindasan emosi dan kesulitan juga berkontribusi pada burnout. Energi mental yang dihabiskan untuk berakting, menyembunyikan kelelahan, dan menahan air mata jauh lebih besar daripada energi untuk menghadapi masalah itu sendiri. Lama kelamaan, sumber daya emosional dan mental akan terkuras habis.

Inilah mengapa keterbukaan menjadi begitu penting. Keterbukaan adalah antitesis dari facade yang dibangun oleh Duck Syndrome. Ini adalah tindakan berani untuk menurunkan topeng, mengakui kerentanan, dan berbagi realita yang kurang sempurna kepada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun