Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Portabilitas Emas Fisik Saat Darurat: Mengapa Ia Safe Haven "Real Money" yang Paling Praktis?

25 April 2025   16:23 Diperbarui: 25 April 2025   16:32 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Emas fisik. emas batang. | Dok. Shutterstock/VladKK via Kompas.com

Di tengah pusaran ketidakpastian ekonomi global yang terasa semakin intens saat ini, masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, menunjukkan peningkatan minat yang signifikan terhadap investasi emas. Fluktuasi pasar saham yang tak terduga, bayangan inflasi yang terus menghantui daya beli, serta gejolak geopolitik yang menambah lapisan risiko, semuanya mendorong individu untuk mencari aset yang dianggap mampu bertahan atau bahkan meningkat nilainya di saat sulit.

Emas, dengan sejarah panjangnya sebagai penyimpan nilai, kembali menjadi sorotan utama. Ia bukan lagi sekadar perhiasan atau komoditas industri, melainkan dipandang sebagai "Safe Haven", sebuah pelabuhan aman di tengah badai ekonomi. Konsep Safe Haven inilah yang menjadi dasar utama mengapa banyak orang kembali melirik logam mulia ini, berharap ia bisa menjadi perisai terhadap potensi keruntuhan finansial atau krisis yang lebih luas.

Namun, di luar sekadar penyimpanan nilai pasif, ada aspek krusial dari emas fisik yang seringkali baru disadari urgensinya ketika situasi benar-benar genting, portabilitasnya. Ini membawa kita pada pertanyaan mendasar: Di saat darurat atau krisis yang parah, di mana sistem keuangan konvensional bisa lumpuh, apakah emas fisik bertransformasi menjadi "The Real Money", dan jika ya, seberapa praktis ia sebagai aset yang bisa dipindahkan dan digunakan?

Memahami ini, kita perlu membayangkan skenario krisis yang melampaui sekadar koreksi pasar. Pikirkan tentang krisis yang menyebabkan bank-bank tutup sementara atau permanen, sistem pembayaran elektronik mati, mata uang fiat kehilangan nilainya secara drastis, atau bahkan pergerakan fisik terbatas akibat bencana alam atau kerusuhan sipil. Dalam kondisi ekstrem seperti ini, aset digital di cloud, saham di bursa, atau properti yang tak bisa dipindahkan mendadak kehilangan fungsi praktisnya sebagai alat bertahan hidup atau pertukaran.

Di sinilah definisi "Real Money" perlu ditinjau kembali. Bukan lagi sekadar apa yang ditetapkan oleh pemerintah atau bank sentral, melainkan apa yang benar-benar berfungsi sebagai alat tukar yang diterima secara luas, mampu menyimpan nilai, dan yang terpenting dalam konteks darurat, dapat diakses dan dibawa. Uang kertas bisa jadi tak bernilai, kartu kredit tak berfungsi tanpa listrik, dan aset digital menghilang tanpa sinyal internet.

Emas fisik, dalam bentuk batangan atau koin, memiliki sifat-sifat inheren yang menjadikannya kandidat kuat untuk peran "The Real Money" dalam skenario krisis terburuk. Kelangkaannya, ketahanannya terhadap korosi, kemampuan untuk dibagi menjadi unit yang lebih kecil (melalui koin atau pecahan batangan), dan yang paling penting, pengakuan universalnya sebagai benda bernilai di hampir setiap budaya dan negara di dunia, memberinya fondasi yang kuat.

Namun, yang membedakannya secara praktis saat darurat adalah kemampuannya untuk dibawa dan dipindahkan. Bandingkan dengan real estat: Anda tidak bisa membawa rumah Anda ketika harus mengungsi. Bandingkan dengan saham atau aset digital, mereka "hidup" di dalam sistem elektronik; jika sistemnya mati atau Anda kehilangan akses, aset Anda tak bisa dijangkau. Uang tunai dalam jumlah besar bisa sangat memberatkan dan berisiko.

Emas fisik, dalam jumlah yang signifikan sekalipun, bisa dibawa dalam tas atau wadah yang relatif kecil dan tidak menarik perhatian (jika dilakukan dengan hati-hati). Beberapa kilogram emas, yang bisa bernilai miliaran rupiah dalam nilai fiat saat ini, hanya membutuhkan ruang seukuran batu bata atau bahkan lebih kecil jika dalam bentuk koin padat. Portabilitas fisik inilah yang menjadi kunci praktisnya saat diperlukan pergerakan cepat atau evakuasi.

Bayangkan sebuah skenario darurat di mana Anda perlu meninggalkan tempat tinggal dengan cepat. Anda tidak bisa membawa rekening bank Anda, portofolio saham digital Anda, atau properti investasi Anda. Yang bisa Anda bawa adalah barang-barang fisik berharga yang praktis untuk dipindahkan. Emas fisik dalam bentuk koin atau batangan kecil menjadi pilihan utama karena kepadatan nilainya yang tinggi per unit volume atau berat.

Dalam situasi di mana batas-batas negara mungkin tertutup atau ketat, emas fisik memiliki keuntungan sebagai aset portabel yang dikenal secara internasional. Meskipun aturan bea cukai tetap berlaku dalam kondisi normal, dalam skenario krisis yang kacau, memiliki aset yang nilainya langsung dikenali dan diterima di berbagai tempat, terlepas dari mata uang lokal yang berlaku, adalah keuntungan Safe Haven yang signifikan.

Selain itu, dalam konteks krisis yang menyebabkan kelangkaan barang pokok dan jasa, emas fisik memiliki potensi untuk kembali berfungsi sebagai alat barter langsung. Koin emas, misalnya, secara historis sering digunakan untuk membeli kebutuhan dasar ketika mata uang resmi kehilangan kepercayaan. Kemampuan emas untuk dibagi menjadi unit yang lebih kecil (koin emas 1 gram, misalnya) menjadikannya praktis untuk transaksi sehari-hari dalam skala yang lebih kecil saat darurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun