Membaca Al-Qur'an atau berdzikir pun bisa dilakukan dengan lebih konsisten setiap harinya. Ibadah terasa lebih penuh, lebih utuh.
Konsistensi dan kelancaran dalam beribadah inilah yang seringkali menjadi kunci untuk merasakan "manisnya iman".
Apa manisnya iman? Itu bukan rasa manis di lidah. Itu adalah perasaan tenang dan damai yang amat dalam di hati.
Manisnya iman adalah rasa bahagia saat kita merasa begitu dekat dengan Allah, Sang Pencipta, saat sedang bersujud dalam shalat.
Itu adalah rasa gembira dan haru saat membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an, merasa seolah Allah sedang berbicara langsung pada kita.
Manisnya iman membuat hati terasa lapang, mudah bersyukur, dan lebih sabar menghadapi ujian hidup. Kekhawatiran berkurang, diganti dengan keyakinan pada pertolongan Tuhan.
Rasa manisnya iman ini adalah buah dari ibadah yang dijalankan dengan penuh kesadaran, ketulusan, dan konsisten, yang dimungkinkan oleh fase pasca menopause.
Ketenangan batin dan kedekatan spiritual ini memiliki dampak positif yang besar pada kesehatan secara keseluruhan.
Stres berkurang drastis, pikiran jadi lebih jernih, dan hati yang tenang seringkali berujung pada kesehatan fisik yang lebih baik dan perasaan bahagia yang lebih stabil. Ibadah menjadi sumber energi dan kekuatan dari dalam.
Wanita yang sudah mencapai fase pasca menopause dan bisa merasakan semua ini, sehat badannya, bahagia hatinya, dan merasakan manisnya iman melalui ibadah yang penuh, memang pantas disebut sebagai "Wanita Hebat".
Mereka telah melewati satu fase kehidupan dan memasuki fase lain yang penuh berkah, di mana hubungan dengan Tuhan semakin kuat dan mendatangkan kebahagiaan dan kedamaian sejati.