Ironi di Balik Kebahagiaan Lebaran
Di tengah keramaian dan kehangatan keluarga, para jomblo sering kali merasakan perasaan terasing. Mereka merasa seperti orang luar yang mengamati kebahagiaan orang lain, tanpa bisa benar-benar merasakannya.Â
Perasaan ini diperkuat oleh pertanyaan-pertanyaan tentang status lajang mereka, yang seolah-olah menegaskan bahwa mereka tidak termasuk dalam kebahagiaan kolektif.
Para jomblo sering kali mengalami pertarungan batin antara keinginan untuk merayakan Lebaran dengan bahagia dan perasaan sedih karena kesendirian mereka.Â
Mereka mencoba untuk tersenyum dan berpartisipasi dalam perayaan, tetapi di dalam hati mereka merasa kosong. Pertarungan ini melelahkan dan sering kali membuat mereka merasa lebih buruk.
Pada akhirnya, para jomblo Lebaran belajar untuk menerima diri mereka apa adanya. Mereka menyadari bahwa status lajang mereka tidak mengurangi nilai mereka sebagai manusia.Â
Mereka belajar untuk mencintai diri mereka sendiri dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal lain selain hubungan romantis. Mereka juga belajar untuk tidak terlalu mempedulikan pendapat orang lain dan fokus pada apa yang penting bagi mereka.
Kesimpulan
Mudik Lebaran adalah momen yang penuh dengan suka dan duka, terutama bagi para jomblo. Tekanan sosial dan ekspektasi keluarga sering kali membuat mereka merasa tidak nyaman.Â
Namun, dengan strategi bertahan hidup yang tepat, mereka tetap bisa menikmati momen-momen indah Lebaran. Penting bagi keluarga dan kerabat untuk lebih peka terhadap perasaan para jomblo dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang dapat menyakiti hati mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI