Mohon tunggu...
Jumari (Djoem)
Jumari (Djoem) Mohon Tunggu... Seniman - Obah mamah

Hidup bergerak, meski sekedar di duduk bersila.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pungli

19 Maret 2014   09:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:45 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tempat nongkrongnya para sopir truk, sebuah kedai remang-remang menjajakan aneka makanan, dari sayuran, nasi, minuman, dan lauknya yang komplit. Ada juga lho tempe yang bisa bikin ketawa. Masih suasana malam yang sama, musik dangdut pantura menghiasi tiap kedai remang, membuat suasana meriah dan memanjakan telinga-telinga para sopir. Bergelas-gelas kopi setia menemani di sela canda para sopir dan penghibur kedai.

"Tumben abang traktir kita makan disini." Tanya seorang wanita yang rajin merangkul manja si Sopir.

"Berkah jalan dik cantik." Jawab si sopir sambil mencubit janggut wanita tersebut.

"Berkah jalan atau jatah istri kedua? hahahaha." Tawa lepas dari kedua bibir wanita tersebut.

"Jatah pungli. Hahahaha." Jawab si Sopir sambil ketawa juga.

"Pungli, hahahahaha."Sahut cewek satunya sambil ketawa lebar.

"Pungli itu bang, Punggung linu, hahahaha." Tambahnya dan makin bertambah lebar pula ketawanya.

"Pungli itu, pulang-pulang sudah linu semua. hahahahha." Teman ceweknya menjelaskan memecahkan genderang malam yang sepi.

"Salah dik." Jawab si Sopir.

"Hahaha, abang mau buat-buat kata yah?" sahut si cewek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun