Mohon tunggu...
Donatus Juito Ndasung
Donatus Juito Ndasung Mohon Tunggu... Guru - Lakukan Hal Kecil Dengan CInta Yang Besar, Mother Theresa

'Jangan Berhenti Berpikir dan Teruslah Berharap Meraih Mimpi Yang Belum Terwujud'

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Meneladani Opa Gerson POYK sebagai Dinamisator Sastra NTT

29 Mei 2017   14:27 Diperbarui: 29 Mei 2017   14:46 1873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

MENELADANI OPA GERSON POYK SEBAGAI DINAMISATOR SASTRA NTT

 Manusia awalnya dari tanah maka ketika mati kembali ke tanah juga, Sang  penyair Indonesia asal NTT Opa Gerson Poyk telah kembali kepada kerahiman ilahi sang pencipta alam. Berita duka ini membawa kabar buruk bagi masyarakat pencinta sastra Indonesia khususnya NTT.  Beliau adalah sang pencetus sastra NTT karya pertamanya cerpen yang berjudul “Mutiara di tengah sawah”. Beliau adalah sastrawan NTT  yang saya idolakan sejak saya mengenal dunia sastra pada saat saya menempuh pendididkan di pergruan tinggi di STKIP St. Paulus Ruteng Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia tahun 2014. Kita sebagai masyarakat NTT mesti bersyukur kepada-Nya karena beliau ini telah mengaharumkan nama NTT di kanca Indonesia bahkan di dunia international.

Geliat sastra NTT tidak terlepas dari perjuangan bapak Gerson Poyk dari setiap perjalan sastra NTT, koridor yang diberikan oleh beliau dapat memberi semangat kepada pemuda-pemudi NTT yang berminat dibidang sastra hingga melahirkan penulis-penulis yang handal.Belakangan ini banyak penulis-penulis muda yang berbakat dibidang sastra ini di lihat dari karya-karya mereka yang tersebar di berbagai media. Setidaknya  mereka telah mewarnai sastra NTT yang kreatif, inovatif, yang mampu menggerakan dan menginspirasi kreativitas pembaca dari karya-karya mereka yang sudah diterbitkan di berbagai media baik cetak maupun online. Tentunya ini merupakan suatu perubahan yang cukup signifikan dalam dunia sastra di Indonesia  khususnya NTT dan juga suatu kebanggaan bahwa penulis-penulis muda ini dapat meneladani bapak Gerson Poyk setidaknya sastrawan NTT tidak  mati dalam diri opa Gerson Poyk yang baru saja pergi beberapa bulan lalu, tetapi tetap berkembang dan hidup seperti yang dilakukan Opa Gerson Poyk sebelumnya.

Kita cukup bangga bahwa NTT memiliki tokoh sastrawan Nasional yang terkenal diantaranya, Julius Sijaramanual, Dami N. Toda dan Opa Gerson Poyk ya. Tokoh-tokoh inilah yang membuka ruang dalam sejarah sastra NTT pertama. Alangkah baiknya kita sebagai generasi muda patut meneladani tokoh-tokoh ini yang menjadi kebanggaan masyarakat NTT dan Indonesia. Walaupun tokoh sastra ini sudah meninggal, namun nama-Nya tetap harum dalam panggung  sejarah perkembangan sastra NTT. Pepata kuno mengatakan “gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang”.

Kita perlu mengakui bahwa sastra NTT mendapat perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terlihat dari kelahiran pengarang-pengarang baru yang mengirim tulisan-tulisan mereka di berbagai media Sungguh suatu perkembangan yang luar biasa  dan semoga ini tetap dipertahankan agar perkembangan sastra semakin lebih baik dari sekarang. Tak hanya itu lahirnya komunitas-komunitas sastra diberbagai daerah merupakan jawaban bahwa sastra NTT masih hidup dan banyak diminati oleh banyak orang, sebut saja, Komunitas Sastra KAHE di Maumere, Komunitas Sastra Hujan di Ruteng, Komunitas Sastra Sandal Jepit, Komunitas Teater Tanya di Ritapiret, Komunitas Arung Sastra Ledalero dan masih banyak lainya yang bergelut dibidang sastra. Saya mengapresiasi semua ini karena salah satu bentuk kecintaan kita terhadap dunia seni sastra. Sastra NTT lahir pada tahun 1961 terhitung sejak dipublikasikanya karya cerpen  Gerson Poyk di media massa yang berjudul “mutiara di engah sawah”. Gerson Poyk adalah perintis sastra NTT. Sastra NTT lahir setelah tiga tahun Propinsi NTT didirikan pada tahun 1958, hingga kini usia sastra NTT memasuki tahun yang ke-56. Kepergian bapak Gerson Poyk sebagai penggiat seni sastra tentunya membawa luka dan duka bagi dunia sastra di Indonesiakhususnya masyarakat NTT.

Saya bangga dan mengapresiasi terhadap bapak Gerson Poyk yang menjadi guru besar dalam bidang sastra. Tentu ini suatu kebahagiaan bagi masyarakat NTT karena perkembangan sastra NTT kini semakin pesat. Saya mengharapkan penulis-penulis muda yang bergiat dibidang sastra harus terima kasih kepada bapak Gerson Poyk sebagai tokoh dinamisator Sastrawan NTT dan tentunya kita patut meneladani Opa Gerson Poyk sebagai dinamisator yang handal dalam dunia sastra NTT.Harapan kedepanya, semogakarya sastra yang diciptakan Gerson poyk selama beliau hidup  menjadi bahan bacaan wajib bagi anak-anak sekolah mulai dari SD sampai pada pergguruan tinnggi terlebih khusus jurusan Bahasa dan sastra Indonesia dan juga pencinta seni sastra yang tergabung dalam komunitas Sastra. Kegiatan ini suatu bentuk penghargaan terhadap Opa Gerson Poyk tokoh yang sudah berjasa dalam panggung sastra Indonesia khususnya NTT.

BIOGRAFI SINGKAT GERSON POYK

Gerson Poyk lahir di Namode, pulau Rote Ndao Timor 16 juni 1931 dari pasangan Johanes Laurens Poyk dan Juliana Manu. Pendidikan terakhir : SGA Kristen Surabaya tamat (1956). Pernah menjadi guru SMP  dan SGA di Ternate (1956-1958)  dan di Bima, Sumbawa (1958), dan terakhir wartawan Sinar Harapan (1962-1970).1970/1971, ia mengikuti international  Writing program di Universitas Lowa City, AS, dan tahun 1982 mengikuti seminar sastra  di India. Cerpenya “Mutiara ditengah sawah”,“Oleng kemoleng” mendapat pujian dari redaksi majalah Horisonuntuk cerpenya yang dimuat di majalah itu tahun 1968. Karyanya yang berupa novel adalah  Hari pertama (1968),Sang Guru (1971), Cumbuan Sabana (1979), Giring-Giring (1982). Karyanya kumpulan cerpen adalahMatias Akankari(1975), Oleng Kemoleng dan Raja gukuk (1975), Nostalgia Nusa Tenggara (1976), Jerat (1978), Di Bawah Matahari Bali (1982),Mutiara Di Tengah Sawah( 1984), Impian Nyoman Sulastri Dan Hanibal(1988), dan Poli Woli, (1988). Tahun 1985 dan 1986 ) Opa Gerson Poyk menerima Hadiah Adinegoro. Ia pernah menerima hadiah Sastra ASEAN pada tahun 1989. dan cerpenya yang lain, “Oleng kemoleng”mendapat hadiah hiburan sastra tahun 1961,beliau meninggal dunia  tanggal 24 Februari 2017 di Depok Jawa Barat. di usia 85 tahun. (wikipedia org). Selamat jalan Opa semoga amal dan jasaMu semasa hidup diberikan kebaikan oleh Tuhan. Dan semoga keluarga yang ditinggalkan menerima kepergianMu dengan hati yang lapang. Reace In Peace.

NB: tulisan ini mengenang 3 bulan kepergian Opa Gerson Poyk tanggal 24 Mei 4 hari lalu sebagai tokoh sastrawan NTT

Oleh : Donatus Juito Ndasung

Mahasiswa : Dikbindo STKIP St. Paulus Ruteng

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun