Mohon tunggu...
Judith Chanutomo
Judith Chanutomo Mohon Tunggu... -

Manusia yang berusaha menyadari kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemanasan Global sebagai Permasalahan Sosial: Keniscayaan?

23 Mei 2015   17:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:41 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam dekade-dekade akhir, pergerakan lingkungan telah berhasil memobilisasi dirinya hingga ke tingkat internasional. Hal ini dapat dicapai melalui kolaborasi dengan para pakar ilmiah dan pembuat kebijakan yang mampu membawa berbagai permasalahan lingkungan ke ranah perhatian publik (McCright & Dunlap, 2000). Kesadaran terhadap ancaman ini meningkatkan perhatian masyarakat terhadap permasalahan lingkungan dan karenanya memberikan momentum baru bagi para aktivis lingkungan, pakar ilmiah, dan para pembuat kebijakan untuk mengajak masyarakat untuk turut serta menjaga lingkungan. Pembentukan kesadaran ini dilakukan dengan melegitimasi suatu fenomena sebagai permasalahan.

Perubahan iklim global adalah salah satu hal yang secara luas telah diterima oleh masyarakat internasional sebagai permasalahan sosial (McCright & Dunlap, 2000). Hal ini bahkan diterima secara umum sebagai sesuatu yang sifatnya niscaya. Pandangan ini mulai populer pada awal dekade 1990-an, di mana usaha untuk mengatasi pemanasan global mulai masuk dalam agenda-agenda kebijakan di berbagai negara. Di sini, yang dimaksud dengan perubahan iklim global adalah meningkatnya suhu bumi sebagai akibat dari efek rumah kaca dari aktivitas manusia.

Perlu dipahami bahwa pemahaman umum mengenai pemanasan global sebagai suatu masalah adalah juga sesuatu yang dirancang, dibentuk, dan dilegitimasi oleh pihak-pihak tertentu. Dari sudut pandang sosiologis, berbagai kajian terhadap fenomena perubahan lingkungan global menghasilkan temuan bahwa penerimaan pemanasan global sebagai permasalahan merupakan suatu konstruksi sosial (McCright & Dunlap, 2000). Hal ini tampak jelas dari apa yang terjadi sebelum akhir dekade 1980-an hingga awal 1990-an. Sekitar tahun 1988, isu pemanasan global masih sangat jarang diangkat oleh media (Mazur & Lee, 1993; Miller, dkk., 1990 dalam McCright & Dunlap, 2000). Namun, pada pertengahan tahun 1989 hingga awal tahun 1990, media mulai banyak mengangkat isu ini dan bahkan menjadi semacam trending topic (McComas & Shanahan, 1999; Trumbo, 1995; Williams & Frey, 1997 dalam McCright & Dunlap, 2000).

Dalam tulisannya, McCright & Dunlap (2000) merumuskan beberapa alasan yang melatarbelakangi tingginya pengangkatan isu ini oleh media pada masa itu, yakni:

1.Adanya hubungan antara fenomena pemanasan global dengan nuclear winter dan berlubangnya ozon (Mazur & Lee, 1993; Wiliams & Frey, 1997).

2.Terjadinya kekeringan ekstrem pada musim panas 1988 (Mazur & Lee, 1993; Ungar, 1992)

3.Testimoni senat bernama James Hanssen yang secara dramatis mempermasalahkan cuaca panas yang abnormal di Amerika (Mazur & Lee, 1993; Miller, dkk., 1990; Trumbo, 1995).

Pada awalnya, narasumber utama yang muncul di media adalah para pakar ilmiah, degan pembahasan utama mengenai penjelasan ilmiah mengenai terjadinya pemanasan global, mencakup penyebab, proses, dan dampaknya. Namun begitu, lama-kelamaan narasumber ini pun bergeser menjadi para pakar ekonomi dan politik (Lichter & Lichter, 1992; Miller, dkk., 1990 dalam McCright & Dunlap, 2000) dengan pembahasan mengenai perdebatan kebijakan dalam hal regulasi dan perdagangan (Lichter & Lichter, 1992; Trumbo, 1995 dalam McCright & Dunlap, 2000). Pengangkatan isu pemanasan global ini paling banyak muncul dalam berita, dan dengan cepat menjadi sangat populer.

Seiring dengan munculnya argumen bahwa pemanasan global adalah suatu permasalahan, kelompok konservatif pun mulai mengemukakan tentangan terhadap permasalahan ini. Klaim kontra ini muncul terkait dengan kepentingan ekonomi, di mana aturan-aturan yang kemudian dihasilkan oleh kebijakan-kebijakan baru membuat biaya ekonomi menjadi membengkak (Mazur & Lee, 1993; Williams & Frey, 1997 dalam McCright & Dunlap, 2000). Pandangan-pandangan skeptis dari para pakar ilmiah mengenai pemanasan global sebagai suatu permasalahan pun muncul di berbagai kolom artikel opini editorial (Wilkins, 1993 dalam McCright & Dunlap, 2000). Artikel-artikel yang demikian ini kemudian mulai menyaingi argumen awal, yang kebanyakan hanya muncul di berita-berita. Isu pemanasan global pun menjadi suatu kontroversi. Dengan munculnya oposisi ini, para pendukung teori pemanasan global pun mulai menurun pamornya di media. Sementara itu, kelompok penentangnya justru mendapat tempat yang semakin luas dan mulai sering terlihat di berbagai media (Lichter & Lichter, 1992; McComas & Shanahan, 1999; Wilkins, 1993 dalam McCright & Dunlap, 2000). Hal ini kemudian memunculkan adanya “skenario duel pakar”, di mana berbagai pakar ilmiah dari kedua sudut pandang mulai beradu argumen di berbagai media dengan penjelasan ilmiahnya masing-masing.

Para kelompok konservatif yang menentang gagasan mengenai pemanasan global sebagai suatu masalah mengemukakan alasan-alasan berikut:

1.Bukti mendasar bahwa pemanasan global adalah suatu masalah masih sangat lemah kalaupun tidak dapat sepenuhnya dinyatakan salah.

2.Pemanasan global memiliki dampak-dampak yang tidak semata-mata negatif tetapi justru menguntungkan.

3.Kebijakan-kebijakan yang diterapkan untuk mengatasi pemanasan global justru akan membawa lebih banyak kerugian dari pada keuntungan.

Singkatnya, menurut para penentang gagasan ini, ssementara dampak negatif dari adanya pemanasan global masih merupakan suatu probabilitas yang tak pasti, dampak negatif dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan untuk menghindari dan mengatasinya adalah sesuatu yang pasti dan malah sedang nyata-nyata dihadapi (McCright & Dunlap, 2000). Risiko-risiko ini terutama menyangkut bidang ekonomi, di mana keuntungan yang maksimal menjadi tak mungkin diperoeh karena adanya halangan-halangan dalam menjalankan kegiatan ekonomi.

Kontroversi terkait pemasanan global sebagai permasalahan sosial ini kemudian menjadi bahan berbagai kajian, salah satunya dalam penelitian-penelitian sosiologis. Para sosiologis memiliki sensitivitas yang cukup tinggi terhadap struktur kekuasaan, di mana keberhasilan dari para pendukung teori pemanasan global untuk mendefinisikannya sebagai suatu permasalahan sosial adalah hal yang poitis sifatnya. Namun begitu, penelitian-penelitian ini rupanya kurang seimbang. Sebab, terlepas dari sensitivitasnya terhadap struktur kekuasaan dalam teori pemanasan global, para sosiologis kurang memerhatikan adanya penggunaan kekuasaan yang sama untuk melegitimasi oponen oposisinya, bahwa pemanasan global sesungguhnya bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan (McCright & Dunlap, 2000). Dalam hal ini, yang dimaksud adalah kurangnya perhatian para peneliti sosial terhadap usaha dari industri dan kelompok konservatif untuk mengonstruksi apa yang disebut Freudenburg (2000 dalam McCright & Dunlap, 2000) sebagai usaha untuk membuat pemasanan global menjadi sesuatu yang nonproblematik.

Maka dari itu, diperlukan pandangan yang lebih komprehensif, utuh, dan adil dalam mengkaji kontroversi-kontroversi yang demikian. Kedua pihak yang bertentangan gagasannnya perlu dikaji dengan layak dan setara. Sebab, pandangan yang bagaimanapun sesungguhnya tidak ada yang nicaya dan mutlak benar. Segala macam argumen, betapapun meyakinkan, adalah juga konstruksi yang dapat dibuat oleh pihak tertentu dengan kepentingan tertentu. Dalam penerimaan gagasan, diperlukan pola pikir yang lebih skeptis dan kritis, sehingga tidak dengan mudah menerima segala hal sebagai suatu yang niscaya benar.

Referensi

McCright, A. M. & Dunlap, R. E. (2000). “Challenging Global Warming as a Social Problem: An Analysis of the Conservative Movement’s Counter-Claims”. Social Problems, Vol. 47, No. 4 (Nov. 2000), hlm. 499-522.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun