Mohon tunggu...
Julius Deliawan A.P
Julius Deliawan A.P Mohon Tunggu... https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Julius Deliawan A.P adalah seorang guru dan penulis reflektif tentang pendidikan, sejarah, kemanusiaan, sosial dan politik (campur-campurlah). Lewat tulisan, mencoba menghubungkan pengalaman di kelas dengan isu besar yang sedang terjadi. Mengajak pembaca bukan hanya berpikir, tetapi juga bertindak demi perubahan yang lebih humanis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi dan Para Pembenci Yang Tak Pernah Libur

14 Agustus 2025   07:00 Diperbarui: 13 Agustus 2025   22:35 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kupang.tribunnews.com/2025/05/31/hasil-survei-indikator-mayoritas-publik-percaya-ijazah-jokowi-asli?lgn_method=google&google_btn=onetap

2029: Jalan Masih Panjang

Kalau ada yang berpikir masa Jokowi sudah habis di 2024, coba pikir ulang. Tahun 2029 bukan jarak yang jauh dalam kalender politik. Narasi "Jokowi yang terus diserang" bisa menjadi modal elektoral untuk siapa pun yang ia dukung dan kita semua tahu siapa kandidat paling potensial itu: Gibran Rakabuming Raka.

Dengan Jokowi terus menjadi pusat serangan, Gibran mendapatkan keuntungan besar. Lawan-lawan politik akan lebih sibuk menembaki sang ayah, sementara sang anak bisa melenggang sambil tersenyum. Dalam catur, ini disebut pengalihan serangan dan Jokowi memainkannya dengan wajah polos, seolah itu semua kebetulan.

 

Efek Martir dan Kejeniusan Tanpa Disengaja

Dalam psikologi, ada yang disebut martyr effect. Seseorang yang terus dihajar tapi tetap berdiri tegak akan dipandang lebih gagah, lebih pantas dibela. Dan di mata pendukungnya, Jokowi adalah simbol ketabahan: sederhana, tidak neko-neko, tapi selalu dijadikan sasaran.

Apakah ini strategi yang direncanakan? Entahlah. Tapi faktanya, musuh-musuhnya bekerja tanpa lelah memastikan efek martir ini tetap segar setiap hari. Bahkan mungkin, kalau Jokowi mau, ia bisa memberi piagam penghargaan kepada kelompok pembencinya:

"Atas dedikasi dan kerja keras tanpa henti dalam memperkuat citra saya di mata pendukung."

 

Berhentilah Membantu Jokowi, Kalau Bisa

Kalau benar ingin melihat Jokowi kehilangan pengaruh, satu-satunya cara adalah berhenti memberinya panggung. Jangan lagi gembar-gembor isu yang tak terbukti. Jangan lagi memberi spotlight gratis. Tapi saya yakin itu tidak akan terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun