Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar Sejarah Itu Asyik dan Bisa Bikin Kreatif

18 Juni 2018   08:00 Diperbarui: 18 Juni 2018   10:26 1993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk menjadikan proses kedua ini dapat dengan mudah dilakukan. Sejarawan dapat menggunakan kritik internal dan kritik eksternal untuk sumber-sumber yang didapat. 

Prosesnya sederhana, jika sumbernya berupa buku, lihat pengarangnya, penerbitnya, memiliki track record kapsitas apa tidak. Itu yang disebut kritik eksternal. Belum cukup, baca isinya, pahami maksudnya. Saling bertentangan tidak kajiannya. Isinya sesuai tidak dengan logika-logika yang selama ini hidup dan berkembang di masyarakat. Jika ada pertentangan, cari pembanding yang relevan. Inilah kritik internal.

Tahap ketiga, adalah tahap sejarawan menafsirkan apa yang sebenarnya terjadi. Pada konteks inilah imajinasi diperlukan. Imajinasi sejarawan yang didasarkan data dan tentu saja dukungan ilmu-ilmu yang lain digunakan untuk menghadirkan masa lalu yang kemudian dibuatkan deskripsinya, dan pada akhirnya pembaca atau manusia masa kini dapat mengerti seperti apa masa lalu di balik sisa-sisa peninggalan tersebut.

Realitas demikian tentu membutuhkan kreativitas dalam berpikir, dan kreativitas seperti itu bukan merupakan monopoli sejarawan saja, melainkan bagi kita yang mempelajari sejarah. 

Memadukan antara penggalan fakta yang satu dengan fakta lainnya membutuhkan daya analisis yang membuat kita dicerdaskan. Belum lagi jika kita juga turut mencoba mencari kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi namun belum diungkap oleh sejarawan penulisnya, pasti lebih mengasyikkan dan hal seperti ini sangat dianjurkan dalam mempelajari sejarah. Sebab kebenaran sejarah itu tidak tunggal.

Misalnya saja saat mempelajari peninggalan kerajaan Mataram Kuno. Sumber pembahasan adalah Candi Prambanan atau Borobudur. Dengan menggunakan imajinasi kita bisa melakukan eksplorasi lebih lanjut, tidak sekedar mengetahui bahwa kedua candi tersebut merupakan peninggalan kerajaan Mataram.

Melalui pertanyaan-pertanyaan kritis, kita bisa mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat pada saat tersebut. Seperti, bagaimana candi itu di bangun, ukuran seperti apa yang di gunakan, siapa yang merancang, siapa yang jadi pekerja, bagaimana suplai logistik bagi para pekerjanya, dimana mereka tinggal, bagaimana manajemen operasionalnya, dan masih banyak lagi pertanyaan yang bisa di ajukan.

Dengan imajinasi dan data yang tersedia kita dapat menjawab berbagai hal dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tentu jawaban-jawaban yang ada adalah jawaban spekulatif, dan perlu pembuktian melalui berbagai argument pembanding, dan tidak kalah pentingnya adalah hal-hal yang bersifat akademis. 

Salah atau benar jawaban yang bisa dimunculkan bukanlah hal terpenting, bagi kita yang belajar sejarah, namun kemampuan membingkai serpihan menjadi sebuah deskripsi yang bermakna menjadi lebih penting. Karena, bukan sejarawan. Dengan hal-hal semacam ini,  tentunya kreativitas berpikir menjadi terasah.

Berdasarkan hal tersebut banyak ilmuwan kemudian sepakat, bahwa selain sains, sejarah juga adalah seni. Sebab tidak sekedar pemaparan data atau fakta, namun dalam mendeskripsikan hasil rekonstruksi perlu di dukung imajinasi.  

Intuisi dan juga Bahasa, agar hasil rekonstruksi tidak kering. Namun dapat menghadirkan masa lalu menggunakan deskrispsi yang dihidupi para pembacanya di masa kini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun