Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar Menulis dan Menemukan Kepercayaan Diri dari Kompasiana

28 Oktober 2017   11:21 Diperbarui: 28 Oktober 2017   11:29 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi kompasiana

Aswendo Atmowiloto pernah bilang, tidak ada cara lain yang paling baik bagi seseorang untuk bisa menulis, selain hanya dengan menulis. Nasihatnya sederhana, tetapi super kata Mario Teguh. Jadi jika Anda ingin bisa menulis, ya harus mau menulis. Apapun strategi dan dapat dari pelatihan menulis sekreatif apapun, tanpa tindakan yang satu ini, tidak ada artinya apa-apa. Kata penganut iman Kristen, 'iman tanpa perbuatan hakikatnya mati.'

 Saya memang memiliki mimpi ingin menjadi penulis, karena menurut saya jadi penulis itu membuat seseorang bisa menjadi apa saja dan bisa kemana saja. Kapanpun, ada atau tidak ada uang di kantong. Tinggal duduk, diam, mengimajinasikannya dan proses terpentingnya ialah menuangkannya menjadi sebuah karya tulisan. Mudah, murah dan tentu saja memeriahkan hati. Belum lagi kalau keberuntungan sedang menghinggapi, karya yang dituliskan bisa mendapat apresiasi, nongol di surat kabar off line atau online. Lebih jauh lagi, bisa menjadi sebuah buku. Laris manis di pasaran, hmmm..!Kan bener, belum apa-apa saya sudah memulai membayangkan!

Tetapi untuk menjadi penulis itu tidak bisa instan. Sebab tidak mudah menterjemahkan 'bahasa' khayalan ke dalam bahasa tulisan. Butuh latihan, menulis dan terus menulis, itulah yang dimaksud oleh Arswendo. Ketika seorang teman memperkenalkan Kompasiana melalui link social media, saya langsung merasa yakin. Media ini dapat membuat saya belajar menulis. Karena ada proses yang relatif komplit bagi seseorang seperti saya untuk belajar menulis.

Di kompasiana, karena bentuknya blog, membuat semua tulisan saya dapat diterbitkan. Meski formatnya blog, namun karena kedekatannya dengan salah satu surat kabar ternama nasional Kompas, sedikit banyak berpengaruh secara psikologis. Bahkan bisa buat kepercayaan diri timbul untuk bilang ke teman-teman ; "baca tulisanku di Kompasiana". Share link juga jadi PD. Ini karena banyak penulis handal yang sudah lebih dulu nulis di Kompasiana. Kita yang junior jadi terkena imbas auranya. Meski tulisan saya itu tidak kena centrang Highlight atau Head line, tetapi bawaannya PD aja.

Kepuasan menulis ternyata juga mengalami perkembangan seiring dengan semakin biasanya kita menghasilkan tulisan. Awalnya memang tujuannya hanya belajar menulis, tetapi alangkah eloknya jika tulisan kita itu dibaca dan pemikiran kita dapat dipahami oleh orang lain. Kompasiana, memberi ruang itu. Beberapa tulisan awal ketika mulai menulis di media ini, sama sekali saya tidak peduli ada yang baca atau tidak. Sehingga, jika hari ini pun tulisan itu saya lihat kembali, view-nya belum tembus angka seratus.  Bahkan mungkin, angka yang tertera di sana bisa ada karena klik saya sendiri yang bolak-balik berkunjung.

Saat mendapat centrang hijau, terverifikasi, saya seneng banget. Banyak juga penulis dikompasiana yang menurut saya tulisannya bagus-bagus dan di beberapa media lain aktif menulis, ternyata juga masih di contreng hijau. Saya abaikan bedanya, sebab kalau mau dilihat lebih jauh, dia dicontreng hijau karena masih baru terdaftar, sedang saya sudah tahunan. Tidak masalah, yang penting sama-sama hijau.

Lebih lanjut, saya semakin menemukan proses benar dalam belajar menulis ketika tulisan saya ada juga yang di Highlight. Judulnya Membandingkan Debat Capres, Kusir, dan Kedai Kopi. Tulisan itu juga merupakan berkah dari euphoria atas kehadiran Jokowi di panggung politik. View-nya bisa nembus 100 hanya beberapa jam setelah diterbitkan. Meski hingga hari ini belum juga terpaut jauh dari angka itu. Saya juga semakin mengerti arti pentingnya Headline, setelah tulisan saya yang berjudulIdentitas Bangsa Modal dalam Kompetisi Global, ada di posisi itu. Walaupun jumlah view-nya tidak bisa menyaingi tulisan saya yang membahas fenomena Jokowi. Sedikit banyak saya jadi tahu secara langsung, apa hubungan antara tulisan dengan isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat. Itu yang membuat tulisan berkecenderungan untuk dibaca atau diperhatikan pembaca.

Highlight dan headline di Kompasiana memantapkan keyakinan saya, jika saya memang bisa menulis. Beberapa tanggapan pembaca juga menegaskan, orang mengerti pikiran-pikiran saya yang saya tuliskan. Terima kasih Kompasiana, karena media ini telah memberi ruang belajar bagi saya dan membangkitkan kepercayaan diri saya dalam dunia tulis menulis. Memang, menulis belum dapat saya andalkan untuk mencari penghasilan. Tetapi apa yang saya dapat dari menulis, belum tentu bisa saya dapat dengan punya banyak uang. @  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun