Tiada jemu-jemunya kita selalu membahas hoaks dan hoaks. Mengapa?, karena hoaks tidak pernah habis di negeri kita. Sekali diberantas akan lahir yang baru.
Hoaks seperti layaknya "makhluk hidup" yang beranak cucu sampai bertambah banyak. Kita hanya melakukan upaya penindakan dan pencegahan, selebihnya masyarakat itu sendiri yang harus sadar.
Mengejutkan ketika hoaks itu motifnya karena becandaan dan iseng. Hal itu diungkapkan oleh kepolisian dalam menindak pelaku hoaks.
Dilansir dari CNN Indonesia.com, 21/4/2020, kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Mabes Polri, Brigjen Pol Argo Yuwono, para tersangka menyebarkan hoaks dengan berbagai alasan. Mulai dari iseng, becanda sampai tak puas dengan kebijakan pemerintah, khususnya dalam penanganan Covid-19.
Sampai saat ini bahwa Bareskrim Polri beserta jajaran menangani 96 kasus hoaks. Polda Metro Jaya dan juga Polda Jawa Timur masing-masing kini tengah menangani 12 kasus penyebaran berita bohong.
Polda Riau menangani 9 kasus, Polda Jabar dan Bareskrim Polri 6 kasus. Sedangkan 51 kasus lainnya ditangani penyidik Polda wilayah lain di Indonesia.
Sangat berbahaya ketika hoaks dibuat untuk bercandaan dan iseng-iseng saja. Betapa tidak, karena hoaks bercandaan membuat masyarakat resah, takut dan gaduh. Rakyat seperti "dibodohi" oleh berita tidak benar.
Sangat berbahaya hoaks itu karena merusak pikiran masyarakat. Sudah literasi kita rendah, ditambah lagi pakai hoaks karena ingin iseng aja.
Tak tahu apa yang bersemayam dalam pikiran pembuat hoaks itu. Teganya, merusak pikiran masyarakat dengan hoaks bercandaan dan iseng-iseng aja.
Tak bisa membedakan mana yang bisa dibercandain dan diisengin. Semua pukul rata.
