Mohon tunggu...
Juanda
Juanda Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer Taruna

$alam Hati Gembira ...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mencari Muka atau Memarketing Diri Sih?

5 Juli 2019   15:05 Diperbarui: 5 Juli 2019   15:07 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencari Muka:
1. Motivasi: dirinya eksis, tetap diperhitungkan.
2. Metode: mengunggulkan diri, tebar pesona, menjatuhkan yang lain.
3. Mutu: bukan prestasi kerja, pintar manipulasi prestasi orang lain.

Memarketing Diri:
1. Motivasi: kemajuan bersama.
2. Metode: memberi masukan yang positif dan membangun, tidak menjelekkan yang lain.
3. Mutu: prestasi kerja, dan akan menunjukkan prestasi lainnya.

Jika telah bekerja dengan serius dan mendapat pujian karena prestasi kerja, maka tidak perlu memusingkan, jika ada yang mengejek, "Itu karena mencari muka."  Kalau perlu bekerja lebih produktif, kreatif dan inovatif lagi.

Memarketing diri itu sedang menunjukkan dirinya bisa dipercaya untuk sebuah tugas dan senantiasa berhasil. Sehingga namanya bisa terngiang-ngiang dan dibicarakan oleh pihak lain. Mereka bisa memuji kita bukan saja di depan kita, tapi juga di belakang kita.

Saya pernah menjadi sales dengan produk asesoris otomotif, namun barang yang saya bawa dengan mobil boks (canvasser) itu lebih mahal dari para saingan dengan merk yang sama.

Sampailah di sebuah kota, lalu masuk ke sebuah toko dan ditolak mentah-mentah, seperti sales sebelum saya. Baru mau masuk ke toko itu, lalu bosnya melihat sopir saya langsung berkata, "Saya tidak beli. Sudah tidak perlu mengeluarkan contoh-contoh." Lalu saya tanya, "Kenapa?" "Barangmu harganya mahal-mahal," lanjunya.

Saya terkejut. Sesungguhnya mau langsung keluar dari toko itu. Lalu saya pikir, "Tidak dapat omzet." Lalu saya lihat anaknya sedang bermain sendiri, lalu saya bermain-main dengan anaknya itu. Hampir 3 - 4 jam menghabiskan waktu. Membosankan benar. Jengkel.

Tapi demi dibeli barangnya, saya tetap bertahan dan menghibur diri. Hingga ada kesempatan saya coba menawarkan lagi, sambil mengecek barang-barang di toko yang habis. Lalu sentaknya, Tidak perlu coba-coba merayu saya yach. Barangmu mahal dari pasaran." "Nggak kok," jawab saya.

Lalu saya mengalihkan cerita tentang yang lain yang disukainya. Hingga kita serasa bersahabat, lalu saya tawarkan lagi. Singkat cerita sudah setengah hari di tokonya lalu saya coba tawarkan lagi. Akhirnya dia order barang yang lebih mahal dari pasaran melalui saya, di atas omzet biasa dari sales terdahulu.

Saat di atas mobil yang meluncur ke kota lain, sopir bertanya, "Kamu apain kok bisa order segitu banyak?" Saya ceritakan, "Saya tidak jual barang kita. Saya jual diri saya. Mungkin dia merasa cocok mendapat teman bicara atau apalah. Saya tidak tahu."

Memarketing diri itu sedang mempertaruhkan diri kepada orang lain supaya apapun yang diucapkan dan dilakukannya bisa dipercaya. Sebuah nasihat berkata, "Nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar." Nama kita adalah brand kita. Kita boleh berganti kerja, orang bisa tetap mencari kita.- 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun