Mohon tunggu...
Juanda Azhari
Juanda Azhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Desa Rimina

3 Januari 2023   09:03 Diperbarui: 3 Januari 2023   09:07 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Rimina terkenal sebagai penghasil tebu terbanyak di negeri Korisen. Hampir setiap bulan, mereka panen. Pekerjaan penduduk sehari hari memastikan agar tebu yang mereka tanam tumbuh subur dan dipanen dengan kualitas terbaik. Segala jenis hewan yang mengganggu tebunya akan dimusnahkan. 

Selain tebu, Rimina juga dikenal dengan capung. Capung-capung itu bak siswa yang tak pernah alfa masuk kelas. Beterbangan disetiap musim. Hingga berita mengenai Capung yang merusak tebu di desa seberang membuat para petani panik dan mengambil langkah untuk memusnahkannya. Mereka bergotong royong membuat alat penangkap capung dan juga meracik racun.

Sebuah mobil melewati mereka, silaunya body mobil mengganggu penglihatan. Mobil itu berhenti, seseorang turun dan membuka pintu mobil. Pria berjas rapih berjalan mendekat ke gerombolan orang. Ia membawa sebuah toak dan menyampaikan beberapa hal."Bapak-bapak dan Ibu-Ibu sekalian, saya harap pekerjaan yang kalian lakukan bukan untuk menghilangkan serangga yang baru baru ini menghebohkan kalian."

Salah seorang dari mereka menimpali perkataan pria berjas itu. "Memangnya kamu siapa mau melarang-larang kami?"

Pria yang bernama Tajir itu memberitahu alasannya "Karena saya ingin membeli capung di desa kalian dengan harga sepuluh ribu rupiah per ekornya." Mendengar perkataan Tajir, warga tak begitu saja percaya. Salah seorang dari mereka mendekat ke Tajir dan menyerahkan sebuah capung yang ada di genggaman tangannya. 

Wanita itu kemudian berkata "kalau kau memang ingin membeli, ambil capung ini dan berikan aku uang sepuluh ribu. Sontak Tajir mengeluarkan dompetnya dan memberikan uang tersebut. Mereka yang melihatnya seketika percaya dan mulai menangkap capung-capung yang lalu lalang dihadapan mereka. 

Tajir memberitahu mereka untuk membawa capungnya ke vila yang ada di atas bukit. Tajir meninggalkan mereka dan menuju ke bukit bersama dengan supir sekaligus asisten pribadinya itu. Capung yang telah Ia beli dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang ada didalam mobilnya.

Warga semakin antusias menangkap capung dan lalai dengan tebu-tebunya. Karena masifnya penangkapan, capung mulai langka di desa Rimina. Warga yang lelah, memilih kembali ke rutinitasnya seperti biasa yaitu menanam tebu. Tajir yang mengetahui hal tersebut kembali menemui mereka.

Tajir ditemani asistennya menemui warga. "Karena capung semakin langka di desa ini, dan saya masih membutuhkannya maka harga capung saya naikkan menjadi lima puluh ribu per ekor." Mereka yang mengetahui hal itu tak ingin kehilangan kesempatan. Mereka kembali mencari capung. Hingga akhirnya capung tak terlihat lagi di desa itu. 

Tajir menemui kembali warga dan memberitahu mereka kalau harga capung dinaikkan menjadi dua ratus ribu per ekor. Lagi-lagi warga tak ingin kehilangan kesempatan tersebut dan kembali memburu capung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun