Mohon tunggu...
Juan Carlos
Juan Carlos Mohon Tunggu... Mahasiswa - Iya

Seorang stalker

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Siapkah Masyarakat Indonesia terhadap Dunia Virtual Metaverse?

19 Januari 2022   16:15 Diperbarui: 19 Januari 2022   16:17 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Metaverse/Sumber Ilustrasi: Uzone.id

Akhir-akhir ini publik dikejutkan dengan lahirnya dunia baru yang tidak nyata atau virtual. Mark Zuckerberg yang merupakan pendiri aplikasi Facebook, telah berhasil mempublikasikan  penemuan barunya akan dunia Virtual.

Metaverse merupakan nama dunia digital yang menjadi inisiatif Mark dalam upayanya berkontribusi pada era globalisasi ini. Di dalam dunia digital Metaverse, pengguna dapat melakukan berbagai kegiatan, serta berinteraksi dengan sesame pengguna layaknya di dunia nyata. Bermain, bekerja, belajar, ibadah, berbelanja, dan kegiatan manusia lainnya dapat dilakukan secara online lewat dunia virtual seperti ini.

 Dengan melakukan berbagai kegiatan di Metaverse, dibutuhkan alat pendukung untuk masuk ke dalam dunia virtual tersebut. Komputer dan handphone bisa menjadi alat pendukung untuk masuk ke dalam Metaverse. Namun, sebagian besar fitur yang terdapat dalam Metaverse akan lebih berfungsi dengan menggunakan teknologi VR (Virtual Reality) atau AR (Argumented Reality), dan XR (Extended Reality). Bukan hal yang tidak mungkin jika sepuluh atau lima belas tahun selanjutnya, manusia akan beradaptasi dengan perkembangan zaman dan kemudian menjalani dua dunia di waktu yang sama.

Indonesia sebagai negara berkembang, perlu melakukan berbagai bentuk persiapan atas segala bentuk kemajuan teknologi, guna mencapai statusnya sebagai negara maju, dalam beberapa tahun ke depan. Dilansir dari CNN, Salah satu ciri negara maju adalah mayoritas penduduk negara tersebut telah mahir dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kehadiran Metaverse mempertanyakan kesiapan masyarakat Indonesia dalam mendukung status Indonesia sebagai negara maju. Pada dasarnya, masyarakat Indonesia belum siap dalam mengaplikasikan teknologi Metaverse ini. Masih banyak faktor yang menghambat masyarakat Indonesia dalam mencapai kesiapannya akan dunia virtual ini.

Berikut beberapa faktor yang menjadi pertimbangan akan ketidaksiapan masyarakat Indonesia terhadap Metaverse.

  • Angka penggunaan teknologi di Indonesia mayoritas berkategori sedang.

  • Menurut data dari Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2019, terkait Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK) penggunaan teknologi pada masyarakat di Indonesia masih dikategorikan sedang yaitu 4,85 dari skala 0-10. Angka ini masih tergolong cukup rendah apabila dibandingkan dengan negara-nagara maju lainnya. Penggunaan teknologi yang rendah ini juga berkaitan dengan kesenjangan digital yang terjadi di Indonesia. Dilansir dari sumber yang sama di tahun 2019, dapat dipastikan angka kesenjangan digital di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut data dari BPS Indonesia, DKI Jakarta merupakan provinsi yang mempunyai angka IP-TIK tertinggi yakni 7,31. Sedangkan Papua merupakan provinsi yang memiliki angka IP-TIK terendah yakni 3,33. Secara keseluruhan Indeks Pembangunan Teknologi Informasi Komunikasi Indonesia hanya mencapai 5,32 dari skala 0-10.

  • Tingkat pendapatan di Indonesia dianggap rendah

  • Pada tahun 2020, menurut Kementrian Keuangan RI, pendapatan perkapita Indonesia mencapai US$ 3.870. Dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya, Indonesia masih berada pada urutan kelima. Angka ini masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju, seperti Jepang, Amerika Serikat, Asutralia, Kanada, Perancis dan lainnya.
  • Alat VR yang menjadi kebutuhan tersier masyarakat Indonesia

  • Untuk memasuki dunia metaverse, pengguna atau user diwajibkan untuk memiliki alat seperti VR. VR merupakan teknologi yang bisa membangkitkan suasana dunia virtual sehingga membuat penggunanya merasa seperti di dunia nyata. Macam-macam alat seperti VR dibanderol dengan harga Rp.4.000.000 hingga Rp.50.000.000. dengan harga yang cukup mahal ini menjadi permasalahan baru yang mendukung ketidaksiapan masyarakat Indonesia terhadap dunia digital Metaverse.

  • Menilik dari point pembahasan sebelumnya bahwa tingkat pendapatan perkapita di Indonesia dibandingkan negara-negara lain, maka menurut pandangan penulis akan menjadi kebutuhan tersier bagi masyarakat Indonesia.
  • Yang artinya bahwa masyarakat Indonesia untuk beberapa tahun kemudian masih akan memprioritaskan kebutuhan primer dan sekundernya dibandingkan kebutuhan sekunder.

Maka dari itu, dunia digital Metaverse dinilai sulit untuk berkembang di Indonesia dalam beberapa waktu kedepan, terkait dengan beberapa faktor yang mendukung ketidaksiapan masyarakat Indonesia terhadap Metaverse.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun