2013 menjadi tahun istimewa di Kota Bandung seiring dengan pelaksanaan Pemilihan Walikota secara langsung. Delapan kandidat walikota telah mendaftarkan dirinya ke KPUD hingga tanggal 17 Maret 2013. Untuk menyambut momen istimewa tersebut, lembaga kajian Indonesian Strategic Institute (INSTRAT) melakukan serangkaian survey publik terkait pelaksanaan Pilwalkot Bandung 2013. Survey yang dilaksanakan pada rentang waktu tanggal 19 Maret 2013 sampai 22 Maret 2013 merupakan survey kedua yang dilakukan INSTRAT di Kota Bandung. Survey kali ini cukup istimewa sebab, untuk pertamakalinya INSTRAT menggunakan teknologi mobile untuk membantu pelaksanaan survey. Pada survey-survey sebelumnya yang dilakukan di Sulawesi Tengah, Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, dan Jawa Barat pelaksanaan survey dilakukan secara manual dan diolah secara manual. Pada survey ini, pelaksanaan survey dilakukan secara manual namun dilaporkan secara digital melalui handphone. Dengan pelaporan secara digital tersebut, hasil survey dapat diketahui segera setelah survey berakhir. Perangkat mobile yang terpilih untuk membantu survey tersebut adalah Nokia Asha 200. Pilihan dijatuhkan karena mempertimbangkan beberapa hal, yaitu : Pertama, Keandalan baterai. Nokia Asha 200 memiliki ketahanan bateria yang lebih baik dibandingkan dengan perangkat berbasis Android karena tidak memakan banyak tenaga. Ketahanan baterai menjadi hal krusial karena pelaksanaan survey harus dilakukan sehari penuh. Kedua, Kemampuan pengiriman data 2G. Jaringan 3G yang jamak di smartphone saat ini memang handal dalam kecepatan mengirimkan data, namun jaringan 3G memiliki kelemahan yakni jaringan yang terbatas dan menghabiskan umur baterai lebih cepat. Sedangkan jaringan 2G meski lebih lambat, namun dapat diandalkan karena memiliki wilayah sebaran yang jauh lebih baik dari 3G. Hal ini krusial sebab surveyor akan berada pada daerah-daerah yang kemungkinan tidak memperoleh sinyal 3G. Ketiga, Dukungan OS Asha. Asha merupakan teknologi terdepan dari S40. Kemampuan Asha memang tidak secanggih OS smartphone seperti iOS maupun Android. Akan tetapi, kemampuan perangkat berbasis Asha menjadikannya lebih dari feature phone biasa. Pembuatan aplikasi di Asha juga tidak terlalu sulit karena menggunakan standar yang sama dengan aplikasi symbian lainnya. Keempat, Build Quality Nokia. Nokia sudah terkenal sebagai manufaktur handphone kelas dunia selama bertahun-tahun. Kualitas fabrikasi handphone Nokia masih diakui lebih baik dibandingkan merek handphone dari China. Ini dapat ditunjukkan dari harga jual kembali Nokia yang rata-rata tidak terlalu jauh dari harga beli. Selain itu, Nokia menyediakan after sale service yang baik dan tersebar di mana-mana untuk melayani keluhan pada perangkatnya. Kualitas menjadi penting sebab surveyor terkadang harus menempuh medan yang berat dan sulit diduga. Kelima, Faktor Ekonomis. Nah, ini yang paling penting. Dengan kombinasi seluruh elemen di atas, faktor harga menjadi penentu utama. Dengan harga 600 ribu rupiah kita memang dapat memiliki smart phone untuk menjadi perangkat penunjang. Akan tetapi, tidak ada jaminan untuk sisi kualitas. Akhirnya, daripada memilih perangkat smartphone low end, kami memilih perangkat feature phone "high end". Itulah yang menjadi alasan Nokia Asha 200 menjadi perangkat penunjang survey. Kembali pada pelaksaan survey Pilwalkot Bandung. Setelah mendapatkan perangkat pendukung berupa Asha 200, INSTRAT mengadakan pelatihan singkat kepada surveyor. Sebanyak 50 surveyor dipersenjatai dengan 50 buah Asha 200 selama melakukan survey. Aplikasi pertanyaan survey sebelumnya telah dimasukkan ke masing-masing perangkat. [caption id="attachment_236278" align="alignleft" width="560" caption="Nokia Asha 200 sedang dipersiapkan sebagai perangkat pendukung survey (18/3) (dok INSTRAT)"][/caption] Melalui aplikasi tersebut, surveyor dapat melihat pertanyaan dan mengisi jawabannya di handphone dengan mudah. Setelah melakukan wawancara, surveyor dapat memeriksa kembali sebelum mengirimkan laporannya. Uniknya, surveyor diberikan dua pilihan pengiriman laporan, yaitu melalui paket data atau SMS. Jika kondisi memungkinkan surveyor memperoleh jaringan EDGE, maka pengiriman data dapat dijamin tiba secara instan. Akan tetapi, jika jaringan kurang mendukung, maka surveyor dapat menggunakan transfer data melalui SMS yang dijamin tiba meskipun jaringan buruk. Baik melalui aplikasi maupun SMS, data akan dibaca oleh server dan dibaca sebagai hasil pengumpulan data. [caption id="attachment_236279" align="alignnone" width="560" caption="Tampilan input data survey menggunakan Asha 200 (25/3) (dok INSTRAT)"]