Mohon tunggu...
Fiksiana

Humanisme

27 Mei 2017   10:02 Diperbarui: 27 Mei 2017   11:10 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pernahkah anda mendengar kata human yang berarti manusia? Setelah kata tersebut muncul lah kata humanis yang artinya penganut humanisme. Mungkin kita sering mendengar kata humanisme itu sendiri seperti dalam sila kedua Pancasila yang berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab.” Dalam Pancasila, humanisme diartikan sebagai kemanusiaan. Tapi apa sih sebenarnya arti humanisme? Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia.

Gerakan humanisme ini pertama kali lahir sekitar abad 14 atau dalam lingkungan akademik sering disebut sebagai periode rennaisans. Gerakan ini lahir sebagai bentuk “emansipasi” terhadap manusia setelah sekian lama rasio atau akalnya dikurung oleh pihak Gereja. Humanisme cakupannya sangat luas dan universal, tak bergantung oleh suatu agama atau apapun namun mempercayai bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki akal budi.

Namun manusia tetap saja susah lepas dari pemikiran yang sempit dan akhirnya menimbulkan berbagai masalah. Kita bisa melihat dari contoh masalah dalam kehidupan sehari-hari. Tentang agama misalnya. Banyak orang tua yang tak setuju bila anaknya memiliki pasangan atau kekasih beda agama. Hal itu dapat menyebabkan depresi yang luar biasa. Buktinya tak jarang kita menemukan berita bunuh diri dengan alasan depresi karena dipaksa orang tuanya putus dengan kekasihnya yang berbeda keyakinan dengannya.

Dari masalah tersebut kita seharusnya bisa mengerti apa yang akan sepasang kekasih tersebut alami. Sang kekasih tentu saja akan merasa terpojokkan dan terdeskriminasi. Sedangkan sang anak sendiri yang tak dapat melawan orang tuanya hanya bisa menahan stress yang dialaminya sehingga dapat menyebabkan perubahan perilaku anak itu sendiri. Sang anak akan menjadi seorang pendiam dan pribadi yang tertutup. Tak menutupi kemungkinan juga anak tersebut menjadi trauma untuk memiliki pasangan karena takut orang tuanya tidak setuju.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun