Mohon tunggu...
Jovanka Paurel Elang Valenzia
Jovanka Paurel Elang Valenzia Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 PWK - Universitas Jember

Seorang yang tengah menempuh ilmu di satuan pendidikan Perguruan Tinggi Negeri disalah satu kota di provinsi Jawa Timur. Saya adalah seseorang yang ingin mencoba mempelajari kegiatan menulis, yang nantinya saya berharap kemampuan saya dapat menambah value dalam diri saya

Selanjutnya

Tutup

Financial

Terbatasnya Franchise, Tulungagung Bukan Target Pasar?

21 September 2022   05:58 Diperbarui: 21 September 2022   06:03 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Secara singkat, kita dapat menyimpulkan bahwa Kabupaten Tulungagung bukanlah target pasar dari mereka-mereka ini yang mendirikan layanan franchise tersebut.

Seperti contoh franchise yang sudah berdiri di Kabupaten Tulungagung. Kalian bisa menilai sendiri dengan melihat berapa jumlah orang yang masuk dan membeli produk tersebut.

Franchise sebesar KFC pun menurut saya tidak terlalu laku disini, kalian bisa menemui hanya beberapa meja terisi jika kalian berkunjung disini, tidak seperti kota besar lainnya yang sampai konsumen memenuhi gerai ayam goreng tersebut.

Bisa dilihat disini, bahwasannya masyarakat masih memiliki pertimbangan mendalam tentang apa yang harus mereka konsumsi dan apa yang tidak perlu mereka konsumsi. Masyarakat lebih memilih untuk mengonsumsi ayam goreng pinggir jalan yang tentunya memiliki harga yang lebih murah dan enak!.

Tentunya, mendirikan franchise dengan harga yang cukup membuat masyarakat berpikir dua kali untuk membelinya, bukan suatu keputusan yang baik. Malah apesnya, franchise tersebut malah sepi dari pengunjung karena mahalnya harga yang tak sesuai dengan target masyarakat.

Lagi-lagi hal yang mendasari kejadian tersebut adalah keadaan ekonomi masyarakat. Walaupun mungkin membeli produk-produk yang cukup menguras kantong merupakan hal yang biasa bagi beberapa orang. Tapi, tidak menutup kemungkinan hal tersebut merupakan hal yang cukup berat dilakukan oleh sebagian orang.

Masyarakat disini cenderung mempunyai pikiran untuk lebih mendukung usaha yang didirikan oleh individu asal Kabupaten Tulungagung sendiri. Perbandingan harga yang diberikan sangatlah jauh, ayam goreng kaki lima disini dijual dengan kisaran harga Rp. 3.000,00 - Rp. 4.000,00. Sangat murah bukan?.

Hal yang mendasari masyarakat memilih untuk membeli suatu produk dari usaha usaha kecil daripada usaha besar milik sebuah perusahaan, karena perbandingan harga yang besar. Dengan pendapatan bulanan yang belum tentu diatas UMK Kabupaten Tulungagung, tentunya jajan di franchise-franchise besar merupakan suatu pemborosan.

Masyarakat Kabupaten Tulungagung sendiri lebih memikirkan kebutuhan primer dan sekunder daripada kebutuhan tersier. Menurut mereka, membeli makanan mahal dengan ada perbandingan makanan murah, merupakan suatu hal yang bijak. Toh selagi produk tersebut masih sama bisa dikategorikan sebagai makanan, kenapa harus yang mahal?.

Membeli jajanan pada franchise terkenal bukan merupakan suatu kewajiban disini. Dengan gaji yang menurut saya cukup tapi tidak berlebihan, masyarakat berpikir lebih baik uang tersebut digunakan untuk kebutuhan yang lebih penting lagi.

Dengan melihat atensi masyarakat yang tidak terlalu antusias dengan kehadiran produk-produk tertentu. Tentunya membuat pihak yang ingin mendirikan franchise di Kabupaten Tulungagung berpikir dua kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun