Mohon tunggu...
Jovanka Paurel Elang Valenzia
Jovanka Paurel Elang Valenzia Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 PWK - Universitas Jember

Seorang yang tengah menempuh ilmu di satuan pendidikan Perguruan Tinggi Negeri disalah satu kota di provinsi Jawa Timur. Saya adalah seseorang yang ingin mencoba mempelajari kegiatan menulis, yang nantinya saya berharap kemampuan saya dapat menambah value dalam diri saya

Selanjutnya

Tutup

Financial

Terbatasnya Franchise, Tulungagung Bukan Target Pasar?

21 September 2022   05:58 Diperbarui: 21 September 2022   06:03 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak bisa dipungkiri, Kabupaten Tulungagung termasuk kedalam wilayah yang cukup besar di Provinsi Jawa Timur, bahkan Kota Kediri atau Blitar yang notabene namanya lebih besar saja kalah jauh luas wilayahnya dengan Kabupaten Tulungagung.

Hampir semua aspek kehidupan terpenuhi oleh kabupaten kecil ini. Mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan lainnya.

Namun perihal aspek sarana dan prasarana, selama 18 tahun tinggal disana, saya tidak menemui kemajuan yang signifikan terkait hal tersebut.

Sebagaimana contoh, di Tulungagung, kalian hanya bisa menemukan 1 mall besar saja. Adapun toko-toko baju lainnya, saya rasa toko tersebut belum bisa disebut dengan kata mall.

Dan lagi, banyak sekali franchise-franchise yang biasanya banyak sekali ditemui di kota-kota lain, tidak ada di Kabupaten Tulungagung. Contohnya seperti McDonald's, franchise makanan cepat saji yang terkenal dengan ayam goreng, burger, dan kentang gorengnya.

Untuk gerai ayam goreng sendiri, disini ada KFC, kompetitor McDonald's. Lalu ada juga franchise yang baru buka pada 30 April 2022 lalu yaitu Richeese Factory. Namun tidak sesuai ekspektasi, gerai yang terkenal dengan ayam goreng dan saus kejunya itu tidak banyak menarik atensi masyarakat. Begitupun dengan KFC tadi, masyarakat lebih banyak memilih untuk jajan ayam goreng kaki lima. Pertimbangan harga merupakan hal yang mendasari kejadian tersebut.

Franchise-franchise lainnya yang terkenal juga seperti Chatime, Starbucks, Menantea, Marugame Udon, dan lainnya, sayang sekali belum bisa ditemui jika anda berkunjung di Kabupaten Tulungagung.

Ada juga keterbatasan layanan dalam hal transportasi. Disini masyarakat selalu menggunakan kendaraan pribadi dalam bepergian, belum pernah saya melihat ada bus kota yang melintas melewati jalanan di Kabupaten Tulungagung.

Lalu, untuk layanan transportasi dari pihak swasta sendiri, seperti Gojek belum tersedia di Kabupaten Tulungagung. Namun jangan khawatir, anda masih bisa menggunakan Grab sebagai ala transportasi jika tidak mempunyai kendaraan pribadi.

Lalu apa sih urgensi dari itu semua?. Dan juga apa yang menjadikan tersebut masuk kedalam masalah ekonomi?.

Jika anda menyadari tujuan dari franchise itu sendiri mendirikan cabangnya di banyak kota, tentunya mereka menginginkan sebuah keuntungan yang diberikan masyarakat terhadap produk yang mereka jual bukan?. Lalu mengapa di Kabupaten Tulungagung sendiri kita tidak bisa mendapati kehadiran franchise tersebut?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun