Mohon tunggu...
Joshua
Joshua Mohon Tunggu... Konsultan - Akun arsip

Akun ini diarsipkan. Baca tulisan terbaru Joshua di https://www.kompasiana.com/klikjoshua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nangkring bareng Deltomed, Kompasianers "Kuldonkan" Stomatitis Aphthosa

20 Mei 2014   22:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:19 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_324608" align="aligncenter" width="576" caption="Dari kiri ke kanan: Dr. Arbijanto SB (direktur pengembangan bisnis Deltomed), Dr. drg. Dewi Prihardini, Sp.PM (ahli penyakit mulut, dosen FKG Universitas Trisakti), dan Nyoto Wardoyo (presiden direktur Deltomed) memperkenalkan produk Kuldon Sariawan kepada Kompasianers di Senayan-Jakarta, Sabtu (18/05/2014). (joshualimyadi)"][/caption]

Citizen Journalism Report

Pernah dengar istilah "stomatitis aphthosa"? Sekilas nama tersebut terdengar keren, namun jangan salah sangka dulu karena ini bukan nama makanan apalagi gadget. Stomatitis aphthosa merupakan nama Latin dari sebuah gangguan kesehatan yang ternyata diderita sebagian besar masyarakat dunia masa kini, tak lain dan tak bukan adalah sariawan.

Ketika sariawan, banyak cara ditempuh sebagian besar orang untuk meredakannya. Tak jarang orang-orang memilih berkonsultasi secara medis dengan dokter atau praktisi kesehatan gigi dan mulut, meski sebenarnya penyakit ini terkesan sepele dan dapat sembuh sendiri. Namun datangnya sariawan tak boleh dianggap remeh dan dibiarkan terlalu lama. Demikian disampaikan ahli penyakit mulut Dr. Drg. Dewi Prihandini, Sp.PM, dalam paparannya kepada Kompasianers di Jakarta, Sabtu (18/10/2014).

[caption id="attachment_324662" align="aligncenter" width="576" caption="Dokter ahli penyakit mulut, Dr. Drg. Dewi Prihandini, Sp.PM memberikan paparan tentang penyakit sariawan. (joshualimyadi)"]

1400573133342923991
1400573133342923991
[/caption]

Sariawan adalah peradangan yang terjadi pada selaput mukosa mulut yang dapat mengakibatkan rasa sakit pada makan, menelan, dan berbicara. Memang tidak menular, namun penyebabnya belum diketahui secara pasti. "Ahli kesehatan mulut di seluruh dunia belum dapat memastikan secara pasti akan penyebab sariawan, namun bukan berarti tidak ada faktor pemicunya (sariawan)," terang Dr. Dewi.

Dr. Dewi menambahkan, seseorang dapat dikatakan menderita sariawan bilamana didapati luka berwarna putih kemerahan pada mulut seperti koreng dengan pinggiran atau tepi kemerahan. Rasa perih dan ngilu akan terasa bila luka tersebut disentuh atau terkena makanan atau minuman. Luka tersebut bisa satu-satu seperti bentol yang disebut stomatitis aphthosa major, atau kecil-kecil seperti gejala herpes yang disebut stomatitis aphthosa herpetiform.

Ahli penyakit mulut  yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Tarumanegara itu percaya bahwa tak mungkin seseorang mengidap suatu penyakit tanpa faktor pemicu. Lebih lanjut ia menguraikan hal-hal yang bisa menjadi muasal terjadinya sariawan antara lain faktor genetik, lemahnya imunitas tubuh, tingkat stress yang tinggi, pola konsumsi yang tidak sehat, alergi, anemia serta gangguan pencernaan.

Untuk dapat mengatasi sariawan, Dr. Dewi menyarankan agar mencari tahu faktor yang dapat memicu sariawan. Misalnya bila pola makannya kurang seimbang.Bila kandungan nutrisi dalam asupan makanan tidak seimbang meski makan secara teratur tiga kali sehari, maka harus diubah perbandingannya agar asupan nutrisinya seimbang. "Konsumsi lebih banyak sayur dan buah untuk mencegah sariawan dapat membantu menjauhkan penyakit tersebut dari Anda," tutur Dr. Dewi.

Saat seseorang mengidap sariawan dan telah diketahui penyebabnya, Dr. Dewi mengatakan, "Konsumsi obat yang bersifat simptomatik (berdasarkan gejala yang diderita). Tujuannya selain mengobati rasa sakit, juga meredakan gejalanya, akan tetapi pengobatan ini tak dapat mencegah penyakit tersebut datang kembali."

Disamping itu pula, lanjutnya, menjaga kebersihan mulut dengan berkumur dengan obat kumur antimikroba tak kalah pentingnya. Istirahat yang cukup serta memperbaiki pola makan dengan nutrisi seimbang turut mendukung penyembuhan sariawan. "Enak ya kalau sekarang (terkena) sariawan, sekarang nggak perlu panik. Kan sudah ada obatnya," tutur Dr. Dewi disambut gelak tawa para Kompasianers yang hadir.

Diskusi yang mengambil tempat di lounge The Cone - Three Degrees FX Lifestyle Center, Senayan-Jakarta tersebut berlangsung sejak pukul 10:00 WIB selama tiga jam dan dihadiri oleh puluhan Kompasianers. Acara bertema "Jangan Anggap Remeh Sariawan" itu turut dihadiri Nyoto Wardoyo selaku presiden direktur dan Dr. Arbijanto SB selaku direktur pengembangan bisnis PT Deltomed Laboratories. Acara ini bertujuan untuk mengedukasi para bloggers Kompasiana tentang penyakit sariawan dan panas dalam, memperkenalkan produk Kuldon Sariawan, serta mempelajari seluk-beluk produksi obat herbal secara garis besar.

[caption id="attachment_324661" align="aligncenter" width="576" caption="Direktur pengembangan bisnis Deltomed, Dr. Arbijanto SB, (joshualimyadi)"]

1400573081629184206
1400573081629184206
[/caption]

Sehat Cara Herbal

Selain memberi gambaran rinci tentang penyakit sariawan, acara tersebut juga memperkenalkan Kuldon Sariawan sebagai produk terbaru dari Deltomed yang berguna untuk meredakan dan mengobati sariawan, bahkan yang diikuti oleh gejala panas dalam dan susah buang air besar.

Menyadari semakin tingginya minat masyarakat akan konsumsi obat herbal yang khasiatnya setara dengan obat kimiawi konvensional, direktur pengembangan bisnis Deltomed Dr. Arbijanto SB turut menjelaskan akan manfaat dan bahan baku Kuldon Sariawan yang merupakan produk Deltomed teranyar saat ini kepada para Kompasianers. Kuldon Sariawan sudah dikenal menjadi obat sariawan pertama dan satu-satunya di Indonesia.

Dr. Arbi mengatakan, "Khasiat suatu obat herbal terletak pada bagaimana kita mengolah semua bahan-bahan alami tersebut agar bermanfaat dan tidak berdampak negatif bagi kesehatan." Kuldon Sariawan, lanjutnya, terformulasi atas herbal yang memiliki manfaat setara dengan pengobatan medis, diantaranya daun saga manis, akar manis (licorice) dan thyme yang zat aktifnya berfungsi sebagai antiradang. Selain itu juga terkandung ekstrak bunga seruni (chrysanthemum) dan akar alang-alang yang memiliki efek menurunkan panas tubuh dan menyegarkan badan serta mengurangi rasa sakit. Obat ini aman dikonsumsi anak-anak mulai usia 6 tahun hingga dewasa.

Presiden direktur Deltomed Nyoto Wardoyo dalam paparannya memberikan gambaran kepada Kompasianers yang hadir akan besarnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk hidup lebih sehat dengan meningkatnya kecenderungan masyarakat mengonsumsi obat-obatan berbahan dasar herbal alami ketika mengalami suatu gangguan kesehatan tertentu. "Hal ini tentu sejalan dengan membaiknya taraf hidup masyarakat produktif, terlepas dari fakta bahwa Indonesia yang menjadi negara dengan biodiversifikasi terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Semakin sejahtera seseorang, kesadarannya akan hidup sehat juga semakin baik," kata Nyoto menjelaskan.

Menilik fakta bahwa 95% bahan baku farmasi kimia diimpor dari luar negeri, Nyoto mengaku prihatin dengan kondisi farmasi negeri ini meski dirinya hanya fokus menggarap bisnis herbal. "Orang-orang Indonesia akan sulit hidup sehat jika kita tidak berdaulat atas kefarmasian negeri sendiri. Bayangin aja, bahan baku obat masih diimpor hampir seluruhnya," tutur Nyoto.

Produk-produk yang dihasilkan Deltomed untuk semua lapisan masyarakat juga dihadirkan dengan kearifan bahwa perusahaan tanaman obat yang berdiri sejak tahun 1976 tersebut turut memberdayakan petani tanaman obat dan berperan serta memajukan industri herbal Tanah Air. Lebih lanjut ia menyatakan, "Jika herbal Indonesia maju, ekonomi kerakyatan akan tumbuh pesat. Inilah yang menjadi komitmen Deltomed yang bukan hanya menjadi pabrik obat berbasis herbal terbesar di Indonesia, melainkan turut andil dalam menggerakan ekonomi kerakyatan."

Selain diproduksi dengan memperhatikan standar-standar pengolahan obat herbal yang baik dan benar seperti standar Good Manufacturing Process (GMP) dan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), Deltomed memastikan kualitas produk dengan serangkaian quality assurance yang handal. Pemeriksaan mutu dilakukan mulai dari pemilihan bahan-bahan bakunya, simplisia, ekstrak hingga sediaan jadi berupa tablet atau sirop. Sistem produksinya pun menggunakan teknologi paling mutakhir saat ini dan sistem tertutup sehingga tak ada kontaminasi hingga ke proses akhir produksinya. Tak heran bila khasiat obatnya tetap terjaga sejak awal bahan baku diproses oleh mesin.

Deltomed telah lebih dulu dikenal sebagai produsen obat herbal dengan produk-produk terbaik antara lain Antangin, OB Herbal, Natur Slim, Srongpas, Pil Tuntas dan Rapet Wangi, dan telah lolos sertifikasi ISO 9001:2008  untuk produksi obat-obatan herbal.

[caption id="attachment_324660" align="aligncenter" width="576" caption="Para narasumber terlihat antusias menyimak dan menjawab pertanyaan dari Kompasianers. (joshualimyadi)"]

14005729702119892281
14005729702119892281
[/caption]

Asal Usul "Kuldon"

Sesi tanya jawab menyatukan Kompasianers untuk saling berbagi wawasan dengan para narasumber. Saya pun tak ketinggalan untuk bertanya soal asal-usul penggunaan nama "Kuldon" pada produk terbaru mereka, Kuldon Sariawan. Sejak awal saya telah mempersiapkan pertanyaan tersebut, mengingat ketertarikan saya terhadap penamaan produk tersebut yang mudah diucapkan dan unik.

"Kuldon sendiri dibentuk dari dua kata dalam bahasa Inggris, yakni "cool" dan "down". Mudahnya, "cooling down". Orang kan kalau marah-marah harus cooling down supaya enak. Lha, sariawan juga bisa dicooling down, kan?" tutur Nyoto berkelakar. Gelak tawa para Kompasianers pun bersambut

"Cooling down" secara harfiah bermakna meredakan, menyejukkan atau menurunkan. Artinya dengan mengonsumsi Kuldon Sariawan berarti telah meredakan atau menyejukkan gejala-gejala sariawan seperti nyeri pada selaput mulut dan panas dalam, karena umumnya sariawan seringkali disertai gejala panas dalam. Sementara kata "Kuldon" diambil dari cara membaca kata "cool down" menurut dialek Indonesia agar mudah dilafalkan.

Pertanyaan lain datang dari Kompasianers Ngesti Setyo Moerni tentang bagaimana cara mengolah tanaman obat sendiri di rumah dan menyimpan hasil olahannya agar dapat dikonsumsi sewaktu-waktu. Ia turut membudidayakan tanaman obat keluarga di rumahnya, dan memberi perhatian akan dunia obat-obatan tradisional.

Dr. Arbijanto mengatakan, "Yang dikhawatirkannya adalah tumbuhnya jamur sejenis candida dan merebaknya mikroorganisme bila simplisia tanaman obat diperlakukan dengan cara yang salah." Ia menyarankan agar simplisia yang baru saja diproduksi langsung dikonsumsi untuk memperkecil tumbuhnya jamur , dan jangan menyimpan hasil olahan tanaman obat tersebut terlalu lama. Misalnya bila hendak membuat beras kencur, temulawak atau kunyit asam, Dr. Arbi menyarankan egera konsumsi simplisia atau ekstraknya tak lebih dari 12 jam setelah diolah, supaya manfaat zat aktifnya lebih efektif.

[caption id="attachment_324659" align="aligncenter" width="576" caption="Penyerahan hadiah golden ticket. (joshualimyadi)"]

1400572865552363284
1400572865552363284
[/caption]

Acara Kompasiana Nangkring tersebut dilanjutkan dengan permainan menyusun puzzle dan merangkai kliping tentang bahan-bahan alami yang terkandung dalam Kuldon Sariawan. Menjelang siang, tiga orang Kompasianers yang beruntung mendapatkan hadiah door prize masing-masing berupa satu unit smartphone, dilanjutkan dengan pemberian satu golden ticket untuk kunjungan pabrik Deltomed dan wisata Solo kepada Dzulfikar, Kompasianer yang memenangkan tweet competition selama Kompasiana Nangkring berlangsung. Hadiah golden ticket tersebut diserahkan oleh presiden direktur Deltomed Nyoto Wardoyo.

.

1397982021156463896
1397982021156463896
13979821921772011122
13979821921772011122
13979821452057137018
13979821452057137018
139798216641882395
139798216641882395
.

© Joshua Martin Limyadi. All rights reserved.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun