Mohon tunggu...
Joshua Lie
Joshua Lie Mohon Tunggu... -

Lahir di Sungailiat, 27 Januari 1998.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hati Kedua

18 September 2014   06:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:22 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aduh berat nih” keluh Siska.

“Mana? Sini Aku bantu”. Seru Michael.

Pada waktu tersebut, Michael sedang membantu kekasihnya, Siska untuk berkemas. Maklum, Siska yang tinggal sendirian di pinggiran kota merasa tak sanggup untuk pulang-pergi tiap hari dari rumah ke kantornya yang kira-kira 1 jam perjalanan, maka dari itu Siska memutuskan untuk pindah ke sebuah apartemen kecil di pinggiran kota yang sangat dekat dengan kantornya.

Selesai berkemas dan menaikkan barang-barang milik Siska ke atas bak truk, Mereka turut menumpang truk tersebut untuk menuju apartemen Siska, dan Mereka duduk berdua di bak truk tersebut, tentunya bersama dengan barang bawaan. Dalam perjalanan, Mereka terus bercanda dan Siska seolah-olah berbicara aneh. “Eh, Michael gimana sih perasaanmu kalau suatu saat Aku sakit keras? Aku gak bisa temenin kamu, gak bisa bercanda lagi bareng kamu. Apa Kamu bakal ninggalin Aku?”

Michael pun menjawab, “Ah, jangan ngelantur kamu! Masa ngomong yang begituan”.

“Enggak kok. Gini nih, sebenarnya Aku baru nonton film. Di film, ada dua orang pacaran. Lalu suatu saat, sang perempuan terkena penyakit hati, dan membuat dia harus cangkok hati. Sang cowok pun yang terlalu sayang, rela ngorbanin hatinya buat ceweknya, tapi cowok tersebut kemudian meninggal” jawab Siska.

“Ehmm .. gitu. Jangan dipikirin ya, itu kan Cuma film doang” tanggap Michael.

Tak terasa, Mereka telah sampai ke apartemen baru Siska. Mereka pun bersama-sama menurunkan barang dan menata barang di apartemen Siska. Mereka tak menyadari, begitu Mereka selesai menata barang, ternyata hari sudah larut malam, dan pada saat itu, Siska terlihat lemas dan hidungnya terlihat mengeluarkan darah.

“Eh itu hidungmu kenapa? Kok berdarah?” tanya Michael.

“Cuma mimisan kok, paling aku lagi panas dalam. Sebentar juga sembuh. Oh ya kalau mau pulang, boleh kok. Trims ya udah mau bantuin” jawab Siska dengan santai

“Beneran gak apa-apa?” tanya Michael sekali lagi

“Iya kok” timpal Siska.

Setelah itu pun Michael pulang.

Keesokan harinya, Michael kembali berkunjung ke apartemen Siska, sekedar untuk memastikkan Siska sudah sehat kembali. Namun kenyataannya berbeda, Siska tergeletak tak sadarkan diri di depan sofa. Michael pun menelepon ambulans dan meminta tolong kepada penghuni apartemen di sekitar apartemen Siska untuk meminta bantuan.

Tak lama ambulans datang, dan Siska yang tak sadarkan diri pun dibawa masuk ke dalam ambulans. Michael ikut ke rumah sakit untuk menemani Siska.

Setelah kurang lebih 30 menit menunggu pemeriksaan dokter dengan gelisah, pintu UGD pun terbuka dan keluarlah sang dokter yang memeriksa keadaan Siska. Michael langsung menghampiri dokter dan bertanya, “Dok, bagaimana keadaan Siska, dok?”. Dokter menjawab, “Siska? Pasien yang barusan masuk UGD? Kamu keluarganya bukan? Ada yang harus Saya beritahu. Kalau benar Anda keluarganya, mari ikut saya ke ruangan saya”. Michael pun menganggukkan kepala, tanda mengiyakan.

Michael sungguh deg-degan menunggu pembicaraan dokter.

“Jadi begini, pasien atas nama Siska ternyata telah lama mengidap ….”

“Apa dok, ayo cepat katakan!” Michael berbicara dengan nada agak tinggi.

“Pasien telah lama mengidap hepatitis. Hatinya pun tak bisa diselamatkan. Harus segera dilakukan operasi cangkok hati” jawab dokter.

Michael pun menangis seketika. Ia tak menyangka, kekasih yang dicintainya telah lama mengidap hepatitis dan harus segera dilakukan operasi cangkok hati. Itu membuatnya gelisah. Ia tak tahu apa yang harus Ia lakukan.

Dalam perjalanan pulang, Ia terus terbayang dengan Siska sambil menangis. Ia masih terus memikirkan cara untuk menolong Siska, namun pikirannya buntu, Ia tak terpikirkan cara apapun. Ia terus melamun, melamun, dan melamun di sepanjang perjalan.

Di saat Ia melamun, tak disangka ada mobil dari arah belakangnya datang dengan laju yang kencang. Mobil tersebut mengalami rem blong yang tidak disadari pengendaranya. Begitu mengetahui hal tersebut, sang pengendara pun membanting stir sehingga membuat mobil melaju menuju arah trotoar dan menabrak Michael.

Seketika Michael tertabrak dan tak sadarka diri. Kepalanya terlalu banyak mengeluarkan darah dan membuatnya mengalami pendarahan hebat. Para pejalan kaki yang juga berjalan, langsung mengerumuni Michael dan memanggil ambulans. Michael pun dibawa oleh ambulans dan entah kebetulan atau tidak, Ia dibawa ke rumah sakit tempat Siska dirawat.

Michael yang sekarat pun teringat akan Siska yang membutuhkan donor hati dan membisikkan sesuatu kepada perawat yang ada di dekatnya.

Kemudian …

Keesokan harinya, Siska tersadar. Ia mendapati dirinya dengan sebuah bekas jahitan yang menurutnya mungkin adalah bekas operasi disekitar dadanya. Ia menanyakkan kepada seorang perawat apa yang terjadi, dan setelah Ia tahu apa yang terjadi, Ia menangis.

Siska yang kini telah sadar dan sehat ternyata sudah melakukan operasi cangkok hati dan yang mengejutkan, donor hati tersebut adalah Michael. Tapi yang membuatnya terkejut adalah Michael yang telah meninggalkan dunia untuk selamanya setelah melakukan operasi cangkok hati.

Sang perawat yang menemani Michael di ambulans pun akhirnya menemui Siska dan bercerita apa yang terjadi semalam. Ia bercerita pada Siska, pada saat setelah kecelakaan, dalam keadaan sekarat, Michael minta dituliskan sesuatu untuk diberikan kepada Siska, dan Ia juga minta agar hatinya didonorkan kepada kepada kekasihnya, yang tak lain adalah Siska. Sang perawat pun memberikan sepucuk surat yang berisi kata-kata terakhir Michael kepada Siska. Isinya seperti ini:

Siska, tak tahu sudah berapa lama

Sejak terakhir kali ku mendengarmu

Memberitahuku cerita favoritmu

Aku sering memikirkannya

Membuatku gila

Bertanya-tanya apakah aku telah melakukan kesalahan

Aku tak kan menjadi pangeranmu

Mungkin kau tak bisa mengerti, tapi saat kamu bilang kau cinta padaku

Semua bintang di langit menjadi cerah

Aku bersedia menjadi satu-satunya di cerita

Menjadi malaikat yang kau cintai

Tanganku terbuka dan menjadi sayap untuk melindungimu

Kau harus percaya bahwa kita akan menjadi seperti mereka di dalam cerita

Kebahagiaan dan sukacita pada akhirnya

Mungkin dengan inilah caraku untuk bisa menjadi pangeran dan malaikatmu …

Dan pada akhirnya, kita akan menulis cerita kita bersama,

Jika kita kembali bertemu di alam sana

Suatu saat

Air mata Siska pun mengalir deras sambil memeluk surat tersebut. Ia tak menyangka, apa yang Ia ceritakan kepada Michael, telah membuat Michael berlaku seperti itu. Ia berjanji dalam hati, agar selalu menjaga hati pemberian Michael, ya hati kedua yang membuat dirinya masih dapat menghirup napas kehidupan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun