Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Refleksi Pembaca terhadap Komik Indonesia

30 Mei 2016   13:32 Diperbarui: 30 Mei 2016   13:48 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka kita menikmatinya apapun yang disajikan, terima kasih.

Kita lemah, Karena dilarang Sekolah

Tahun lalu, saya wawancara dengan Is Yuniarto membicarakan komik yang dia ciptakan. Dia bercerita bahwa komik adalah benda terlarang untuk masuk kampus. Aku belum pernah mengalaminya namun jelas, Guru-guru di SMP ku dulu menjadikan Komik benda terlarang. Namun setelah kuliah aku tidak sependapat dengan itu. Jika komik benda terlarang segolongan dengan Narkotika atau Napza, VCD porno, VCD Smack Down , dan lainya.

Namun sampai sekarang belum ada contoh data yang kompeten yang bisa menjadi alasan larangan tersebut.  Padahal di negara-negara yang memiliki kuasa yang jelas tenrhadap politik dunia memiliki metode yang jelas untuk komik. Seorang peneliti macam Hutchison memiliki dta pada tahun 1949, bahwa 74% guru yang disurvei menganggap bahwa komik "membantu memotivasi", sedangkan 79% mengatakan komik "meningkatkan partisipasi individu" . Satu guru bahkan mengatakan bahwa komik membuat pembelajaran menjadi "pembelajaran yang sangat mudah". Sedangkan dalam dunia pengembangan alat pendidikan modern, komik dijadikan alat pembelajaran. Hal ini meniru kebudayaan industri kreatif. Sekali lagi, saat dibangku kuliah pendidikan sejarah di UNY seorang dosen menjelaskan bahwa komik adalah sarana pembelajaran yang cukup ideal.

Namun harusnya kita mengerti, kita tidak seperti Jepang yang memiliki Shonen Jump dan industri komik yang tinggi. Memang benar ada Re-on dan lainya, namun saat kita menjadi bahwa di Jepang sendiri seperti ekosistem yang kuat membaca walaupun komik sedangkan kita masih sulit mengharapkan membaca. Indeks membaca tahun 2013 masih rendah jika menengok data dari  Perpusnas.

Setelah komik Indonesia pernah berjala diakhir 1980an.  Praktis kita hanya menjadi kosumen terhadap karya asing. Dalam mas sekarang benar banyak sekali komikus muda macam Is Yuniarto dan Shani Budi yang karyanya mulai disukai masyarakat.  Namun say sebetulnya berharap adanya usaha dari kebijakan pemerintah untuk sekedar “memfasilitasi” karya bangsa. Karena kalau tidak kita hanya melihat bagimana masyarakat akan menerima apa yang ditawarkan asing. Karena miliki kekuataan dalam meraih tangan masyarakat.


Karenanya, pemerintah harus dalam langkah lebih kedepan, minimal membuat aturan yang cukup memberikan nilai lebih dalam segi persaingan pasar yang lebih sehat bagi komik Indonesia. Jika mungkin nanti bisa memberikan nilai permintaan maaf untuk komik-komik yang lama dibuang namun menjadi teman sekarang.

Upaya mereka karena negara kurang sigap

Membaca Nusantaranger baca pandangan lama yang dilupakan, mungkin kita terlalu malas membuka halaman belakang atlas,RPUL, atau lainya. Konsep Ruh adalah ditawarkan Shani Budi dan teman-teman-teman ini sebetulnya sangat sederhana namun sangat puitis. Hari ini dimana Kalimatan yang memprihatinkan karena Hutan dirusak atau bagimana populasi binatang langka makin memprihatinkan.  Sekarang saya kan membuka pembicaraan dari Jawa.

Rangga adalah seorang Jawa, dari pakaian merah Nusantarangers sangat mengambarkan Prajurit jawa yang memiliki semangat satria. Dalam masyarakat jawa terlebih Jawa Tengah dan Jawa Timur, merah adalah gambar dari semangat dan kekuataan. Sampai kerajaan Majapahit mengunakan sebagai panji kerajaan lalu lanjut sampai kepada kesultanan Yogyakarta dan kasunanan Son masyarakat. Memang warna merah yang juga dirasakan daerah lain, namun rasa jauh lebih enak menempatkan Rangga pada tempat ini.

Lalu Elang Jawa dalam cerita yang merupakan Ruh dari Rangga memiliki keunikan tersendiri merupakan jenis burung yang dilindungi bukan hanya karena jumlah saja. Namun kuat sekali bahwa lambang kita Garuda Pancasila merupakan ilustrasi dri burung ini. Garuds sebetulnya adalah lambang kejayaan yang kekuatan. Dalam buku perang yang sudah ada sejak kerajaan Hindu-Budha yang memang menginspirasi para ksatria kerajaan tradisional dalam menghitng gelaran (formasi) perang yang cocok. Maka Garuda merupakan bentuk gelaran perang yang kuat memberikan sapuan serang yang langsung menyerang pusat pertahanan musuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun