Mohon tunggu...
Joseph Praba
Joseph Praba Mohon Tunggu... profesional -

Joseph Praba, Tinggal di Dusun Pete RT 02/RW 25,Desa Margodadi, Seyegan, Kab. Sleman, DI Yogyakarta. Aktif dijagat seni sebagai seniman pertunjukkan, instalasi, perupa dan juga aktif di pendampingan anak-anak. Email: joseph.praba54@gmail.com HP: 085868527859

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelestarian Permainan Anak Tradisional:Bagaimana dan untuk Apa?

24 Juli 2011   09:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:25 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pelestarian Permainan Anak Tradisional: Bagaimana Dan Untuk Apa?

Perubahan masyarakat dan kebudayaan adalah suatu hal yang sangat alami dan tidak mungkin dicegah prosesnya,sehingga tidaklah realistis jika untuk mempertahankan keberadaan permainan anak-anak tradisional proses perubahan tersebut lantas harus dicegah terjadinya. Sebagaimana telah kita lihat,berbagai hal yang mempercepat surutnya permainan tradisional dari panggung kehidupan anak-anak sekarang adalah kondisi dan perubahan yang tidak mungkin dihindari atau dicegah kecuali jika memang ada perhatian,perencanaan,serta tindakan yang serius untuk mempertahankan berbagai jenis permainan anak tersebut dengan memberikan fasilitas atau membentuk situasi dan kondisi yang membuat berbagai permainan anak-anak tersebut hidup kembali.

Bagaimanapun proses globalisasi akan semakin deras berjalan di masa-masa yang akan datang,proses tersebut kini antara lain masuknya berbagai acara tivi dari luar,permainan modern,menarik dan serba elektronik.mungkinkah dilakukan pelestarian dalam situasi dan kondisi proses globalisasi yang semacam ini? Masih perlukah pelestarian itu ?

Bagi sementara orang,pelestarian unsur budaya yang dikenal dengan akrab dipandang sebagai hal yang sangat penting. Mengapa ? pertama,permainan anak tradisional ini umumnya menggunakan bahasa daerah,sehingga ciri khas budaya lokalnya menjadibegitu jelas.bahasa daerah tak mungkin diganti dengan bahasa lain kalau jika tak ingin makna simbolisnya menipis dan symbol tersebut kehilangan kekuatannya membangkitkan emosi. Kedua,permainan anak-anak dipelajari ketika individu masih kanak-kanak sehingga apa yang ada dalam permainan tersebut dapat masuk dengan cepat,mengendap dalam alam bawah sadar. Apa yang ada dalam alam bawah sadar ini kadang-kadang muncul,dan membangkitkan einginan seseorang untuk kembali ke masa lampaunya.

Adanya proses globalisasi,permainan anak-anak tradisional dipandang sebagai salah satu asset budaya,warisan budaya,yang dapat melestarikanjati diri seseorang individu,komunitas,atau suatu bangsa. Selain pandangan sangat wajar,kita tidak perlu mengabaikan upaya-upaya lain yang ditujukan untuk menghasilkan sebuah sintesa yang wajar antara unsur budaya lama,dengan unsur budaya baru yang masuk. Yang tak kalah menariknya adalah mengungkap fungsi pendidikan berbagai permainan tersebut,serta mengetahui persamaan dan perbedaannya dengan jenis-jenis permainan anak tradisional yang sudah ada. Menciptakan jenis-jenis permainan anak yang baru,yang mengandung elemen-elemen positif untuk pendidikan anak,sesuai dengan kondisi kehidupan anak di masa sekarang.

Permainan anak-anak merupakan fenomena social-budaya yang bermakna simbolis.bermain dan permainan bukan hanya berefek ragawi,tetapi juga maknawi,juga symbol-simbol,juga proses simbolik yang terus menerus dimaknai,ditafsirkan. Permainan anak-anak merupakan unsur budaya yang penting bukan hanya konteks physical survival suatu masyarakat tetapi juga cultural survivalnya. Dia dapat dijadikan wadah bagi setiap proses kreatif menciptakan unsur-unsur budaya baru dengan identitas budaya local. Ini merupakan tantangan di masa-masa yang akan datang.

Hari Anak Nasional,23 juli 2011

Joseph praba.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun