Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tak Hanya Penjual Bandrek, Guru Swasta Pun Menantikan Bantuan Program PEN

9 Agustus 2020   22:56 Diperbarui: 10 Agustus 2020   08:56 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asisten Rumah Tangga (AST) yang membantu di rumah kami secara paruh waktu, berkeluh kesah terkait salah satu anaknya yang harus di-PHK di awal pemberlakuan PSBB di Pekanbaru. Padahal anaknya tersebut menjadi salah satu penopang kehidupan ekonomi mereka, khususnya dalam mendukung biaya pendidikan adik-adiknya yang masih bersekolah.

Penutupan mall di masa PSBB telah memaksa Departmenen Store tempatnya bekerja memutuskan untuk melakukan PHK kepada sejumlah karyawan termasuk anak AST kami tadi. Ia pun tak mendapat pesangon dan harus menghadapi masa-masa sebagai pengangguran.

Sisa tabungan dari hasil bekerja sebelumnya kemudian dibelikan gerobak dan modal awal membuka usaha berjualan bandrek secara kecil-kecilan. Di awal-awal merintis tersebut, sebenarnya usahanya cukup menghasilkan, paling tidak untuk mencukupkan kebutuhannya sehari-hari.

Namun ketika angka penularan covid-19 makin mengkuatirkan, pemerintah daerah sempat melakukan pembatasan terhadap jam operasional para pedagang pinggir jalan. Dan sejak saat itu, pendapatan hariannya pun menurun drastis hingga tidak lagi mungkin untuk diteruskan karena harus mengalami kerugian.

Cerita lainnya saya dengar dari teman dekat yang bekerja di sebuah perusahaan pembiayaan. Pandemi covid-19 juga telah memaksa perusahaan tempatnya bekerja harus mengurangi sejumlah karyawan karena faktor income perusahaan yang terganggu.

Ia memang masih terhitung jari bekerja di perusahaan tersebut, dan sebagaimana kebijakan perusahaan, para karyawan yang terhitung masih baru terpaksa akan dirumahkan. Meskipun dijanjikan jika kondisi nanti akan stabil seperti sedia kala ia akan dipanggil kembali, nyatanya berselang lima bulan ini masih belum ada panggilan bekerja kembali.


Tidak mungkin terus berdiam diri tanpa penghasilan, ia pun mencoba untuk menjalankan kembali akun ojek online yang sempat ia punya sebelum bekerja di perusahaan tadi. Namun pandemi covid-19 memang telah mengubah banyak hal. Dalam sehari ia hanya bisa dapat satu hingga dua pelanggan, dan tentu itu jauh dari bisa menopang kehidupan.

Cerita seperti ini tidak dari satu atau dua orang yang saya dengar secara langsung. Bahkan ada teman dengan tanggung jawab besar karena harus membiayai pendidikan beberapa anaknya yang bersekolah pun terimbas PHK dari perusahaan.

Beberapa yang memiliki tabungan yang cukup, langsung putar otak untuk membuka usaha apapun, yang penting menghasilkan. Beberapa berjualan kebutuhan harian door to door dengan promosi melalui WAG, yang lainnya membuka usaha jasa penitipan belanja dapur ke pasar.

Tentu saja ini bisa mereka lakukan jika ada modal meski untuk membuka usaha kecil-kecilan. Tak terbayang bagi mereka yang tidak punya modal apa-apa, bagaimana mungkin akan berwirausaha?

Ketika Pemerintah mencanangkan PEN atau Prokus, tentu ini menjadi angin segar bagi mereka-mereka ini. Semoga penyalurannya tepat sasaran, sehingga masyarakat yang sangat membutuhkan modal untuk usaha dapat terbantu karenanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun