Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gereja Mulai Dibuka Kembali, Tetap Ibadah di Rumah atau ke Gereja?

5 Juli 2020   17:55 Diperbarui: 5 Juli 2020   17:50 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ibadah di rumah kurang hikmat, ingin segera beribadah ke gereja"

"Ibadah streaming serasa tidak beribadah, saya pilih ibadah di gereja"

"Ibadah adalah masalah hati, bukan soal di gereja atau di rumah saja"

"Selama virus corona masih ada, saya tetap ibadah di rumah saja"

Kalimat-kalimat di atas adalah beberapa pernyataan terkait pilihan ibadah di rumah atau ibadah online dan ibadah di gereja selama pandemi covid-19. Selama 3 - 4 bulan ini, gereja telah ditutup untuk menghindari penyebaran virus corona di rumah ibadah. Pemerintah menganjurkan masyarakat, termasuk warga gereja untuk beribadah di rumah saja bersama keluarga.

Selama ini, saya dan keluarga beribadah di rumah dengan memanfaatkan streaming youtube yang menayangkan live ibadah dari satu gereja. Dengan menggunakan LCD Proyektor yang ditampilkan pada dinding rumah, saya dan keluarga besar dapat beribadah seperti dipimpin oleh Pendeta layaknya di gereja.

Hari minggu (5/7/2020) ini, gereja dimana kami terdaftar sebagai jemaat, seyogyanya akan menjalankan ibadah pertama setelah beberapa bulan ini menutup gereja. Segala persiapan telah dilakukan oleh para pengurus gereja seperti melakukan disinfektan, mengatur kursi gereja, menyiapkan keran untuk keperluan cuci tangan dan sejumlah protokol kesehatan lainnya yang ditetapkan pemerintah untuk memulai new normal di rumah ibadah.

Namun malam tadi, pengurus gereja menginformasikan perubahan dan keputusan menunda dulu melakukan ibadah di gereja. Dalam info yang dikirim melalui WAG gereja tersebut, pengurus menyampaikan bahwa ibadah hari minggu ini ditunda dan jika keadaan membaik maka pelaksanaan ibadah pertama di era new normal akan dilaksanakan minggu depan.

Saya dan keluarga besar sesungguhnya belum memutuskan apakah tetap melanjutkan ibadah di rumah atau datang ke gereja. Saya dan keluarga masih mempertimbangkan beberapa hal, yang akan saya sharingkan dalam tulisan ini.

#1 Tetap Melanjutkan Ibadah di Rumah

Selain saya, istri dan anak kami, setiap minggu orangtua dan keluarga adik saya juga ikut bergabung bersama kami di rumah untuk beribadah. Selama ini, kami dapat beribadah dengan baik dan menikmati setiap prosesi yang ada dengan hikmat.

Layaknya beribadah di gereja, pada minggu pagi kami mempersiapkan diri dengan berpakaian seperti ke gereja. Kami duduk bersama di ruang tamu dan menghadap dinding yang menjadi tempat proyeksi layar laptop. Dengan menambahkan perangkat speaker sebagai pengeras suara, kami dapat menyampaikan lagu pujian sebagaimana yang dipandu musik dan pemimpin pujian dari gereja yang menayangkan live streaming.

Demikian juga saat Pengkhotbah menyampaikan firman Tuhan sebagai renungan, kami dengan hikmat mendengarkan dan mengambil banyak pelajaran dari khotbah yang disampaikan. Persembahan kami sampaikan ke gereja dengan memasukkannya ke dalam amplop dan menyerahkannya kepada salah seorang pengurus gereja.

Setelah ibadah live streaming untuk jemaat dewasa selesai dilakukan, dilanjutkan dengan ibadah sekolah minggu untuk anak-anak kami yang masih balita. Istri saya mendampingi anak-anak untuk dapat beribadah memuji Tuhan dan mendengarkan renungan yang disampaikan oleh kakak sekolah minggu secara online.

Di akhir keseluruhan ibadah, kami melanjutkan acara makan bersama. Biasanya orangtua saya menyiapkan makanan untuk kami nikmati bersama seusai ibadah. Ini menjadi kesempatan kami membangun kebersamaan dan kedekatan di tengah keluarga besar.

Pada dasarnya, kami cukup bisa menikmati masa-masa beribadah di rumah selama pandemi ini. Salah satu alasan yang cukup kuat untuk tetap melanjutkan ibadah di rumah saat gereja mulai dibuka kembali nanti adalah usia orangtua saya yang sudah di atas 60 tahun, dan ada dua balita di tengah keluarga besar kami.

Sebagaimana disarankan oleh pemerintah, orangtua dan balita merupakan kelompok rentan yang tidak dianjurkan untuk beribadah di gereja di masa new normal. Tentu saja kami tidak mungkin meninggalkan orangtua dan anak-anak di rumah, dan pergi beribadah ke gereja.

Ini yang menjadi alasan untuk tetap memilih melanjutkan ibadah di rumah saat gereja dibuka nanti. Selain tentu saja tidak jadi masalah bagi kami untuk menikmati lebih banyak waktu ke depan melanjutkan beribadah di rumah.

#2 Datang ke Gereja untuk Beribadah

Pilihan kedua ini mungkin saja banyak menjadi pilihan bagi orang-orang. Seperti saya tuliskan di atas tadi, saya sering membaca kerinduan orang-orang untuk beribadah ke gereja seperti sedia kala, sebagaimana curhat mereka di media sosial.

Beberapa orang mungkin saja tidak bisa merasakan kesempurnaan beribadah di rumah layaknya beribadah di gereja. Hal ini tentu saja dapat dimaklumi, dan ada banyak faktor yang bisa jadi alasannya. Tidak ada yang salah dengan ini.

Setiap orang tentu berhak memutuskan bagaimana mereka harus beribadah. Lagipula, di era new normal, Pemerintah sudah mengizinkan membuka kembali gereja untuk aktivitas peribadahan, tentu saja dengan menerapkan protokol kesehatan yang berlaku. Gereja kami sendiri juga telah melakukan sejumlah persiapan sebagaimana saya tuliskan di atas tadi.

Ibadah sejatinya memang tidak hanya soal memuji Tuhan, mendengarkan khotbah dan memberikan persembahan. Hal ini sebenarnya masih bisa dilakukan dari rumah.

Tetapi ibadah juga berarti bertemu dengan jemaat lain untuk saling membangun dan menguatkan sesama jemaat gereja. Selama pandemi dan mengharuskan beribadah di rumah masing-masing, memang praktis tidak terjadi interaksi langsung antar jemaat.

Tentu saja ada kerinduan besar dari setiap jemaat untuk kembali bertemu dan saling menyapa dengan warga gereja lainnya. Sebagai satu kesatuan jemaat, yang selama ini banyak diajarkan untuk saling berbagi dan memperhatikan, tentu saja kerinduan itu saat ini sangat ingin kembali dilakukan.

Sebenarnya pada awal-awal pandemi lalu, gereja telah mengadakan suatu program untuk saling berbagi dan memperhatikan, terutama untuk warga gereja yang terdampak secara kesehatan dan ekonomi. Namun tetap saja, budaya bertemu langsung, saling menguatkan secara langsung memang tidak dapat dibandingkan dengan bentuk perhatian yang diberikan dari rumah saja seperti dilakukan selama ini.

Pada dasarnya, saya juga sangat mendukung jika pilihan datang ke gereja untuk beribadah dilakukan. Tentu saja ini berlaku bagi jemaat yang memang diizinkan hadir dan bukan termasuk kelompok rentan.

Hanya saja, kerinduan besar untuk bersekutu bersama di gereja ini juga harus dilakukan dengan kesadaran tetap saling menjaga agar tidak menimbulkan resiko penularan dan memunculkan klaster baru dari lingkungan gereja.

Jemaat yang hendak datang ke gereja harus tetap menggunakan masker, menjaga jarak saat berada di gereja, dan sesering mungkin mencuci tangan serta mengikuti protokol yang diterapkan. Jika pada pemeriksaan suhu tubuh ternyata dianjurkan untuk kembali ke rumah, jemaat harus terbuka dan rendah hati kembali pulang dan tidak memaksa masuk.

Pengurus gereja juga harus mengupayakan segala protokol kesehatan diterapkan dengan optimal. Termasuk soal durasi peribadahan yang harus dipangkas, khotbah yang harus dipersingkat, dan pengaturan soal jumlah yang hadir harus dipatuhi dengan baik.

Kebiasaan bersalaman antar jemaat juga antara jemaat dan pelayan gereja harus dihindari untuk dilakukan selama masih berlangsung pandemi covid-19. Bentuk kehangatan yang demikian dapat dialihkan dengan saling memperhatikan melalui medsos dan saling mendoakan satu dengan yang lain dari rumah masing-masing.

Semoga kondisi yang tidak ideal saat ini, tidak membuat kita tidak ideal pula beribadah dan bertumbuh sebagai jemaat gereja. Tuhan memberkati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun