Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gereja Mulai Dibuka Kembali, Tetap Ibadah di Rumah atau ke Gereja?

5 Juli 2020   17:55 Diperbarui: 5 Juli 2020   17:50 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang tentu berhak memutuskan bagaimana mereka harus beribadah. Lagipula, di era new normal, Pemerintah sudah mengizinkan membuka kembali gereja untuk aktivitas peribadahan, tentu saja dengan menerapkan protokol kesehatan yang berlaku. Gereja kami sendiri juga telah melakukan sejumlah persiapan sebagaimana saya tuliskan di atas tadi.

Ibadah sejatinya memang tidak hanya soal memuji Tuhan, mendengarkan khotbah dan memberikan persembahan. Hal ini sebenarnya masih bisa dilakukan dari rumah.

Tetapi ibadah juga berarti bertemu dengan jemaat lain untuk saling membangun dan menguatkan sesama jemaat gereja. Selama pandemi dan mengharuskan beribadah di rumah masing-masing, memang praktis tidak terjadi interaksi langsung antar jemaat.

Tentu saja ada kerinduan besar dari setiap jemaat untuk kembali bertemu dan saling menyapa dengan warga gereja lainnya. Sebagai satu kesatuan jemaat, yang selama ini banyak diajarkan untuk saling berbagi dan memperhatikan, tentu saja kerinduan itu saat ini sangat ingin kembali dilakukan.

Sebenarnya pada awal-awal pandemi lalu, gereja telah mengadakan suatu program untuk saling berbagi dan memperhatikan, terutama untuk warga gereja yang terdampak secara kesehatan dan ekonomi. Namun tetap saja, budaya bertemu langsung, saling menguatkan secara langsung memang tidak dapat dibandingkan dengan bentuk perhatian yang diberikan dari rumah saja seperti dilakukan selama ini.

Pada dasarnya, saya juga sangat mendukung jika pilihan datang ke gereja untuk beribadah dilakukan. Tentu saja ini berlaku bagi jemaat yang memang diizinkan hadir dan bukan termasuk kelompok rentan.

Hanya saja, kerinduan besar untuk bersekutu bersama di gereja ini juga harus dilakukan dengan kesadaran tetap saling menjaga agar tidak menimbulkan resiko penularan dan memunculkan klaster baru dari lingkungan gereja.

Jemaat yang hendak datang ke gereja harus tetap menggunakan masker, menjaga jarak saat berada di gereja, dan sesering mungkin mencuci tangan serta mengikuti protokol yang diterapkan. Jika pada pemeriksaan suhu tubuh ternyata dianjurkan untuk kembali ke rumah, jemaat harus terbuka dan rendah hati kembali pulang dan tidak memaksa masuk.

Pengurus gereja juga harus mengupayakan segala protokol kesehatan diterapkan dengan optimal. Termasuk soal durasi peribadahan yang harus dipangkas, khotbah yang harus dipersingkat, dan pengaturan soal jumlah yang hadir harus dipatuhi dengan baik.

Kebiasaan bersalaman antar jemaat juga antara jemaat dan pelayan gereja harus dihindari untuk dilakukan selama masih berlangsung pandemi covid-19. Bentuk kehangatan yang demikian dapat dialihkan dengan saling memperhatikan melalui medsos dan saling mendoakan satu dengan yang lain dari rumah masing-masing.

Semoga kondisi yang tidak ideal saat ini, tidak membuat kita tidak ideal pula beribadah dan bertumbuh sebagai jemaat gereja. Tuhan memberkati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun