"Kamu itu berisik banget sih!" seru Ici, si kelinci gemoy. Ici tampak sebal, karena sering terganggu saat tidur, gara-gara suara kayak Kero.
"Aku kan sedang bernyanyi. Aku sedang merindukan hujan. Dia adalah temanku yang membuatku bisa bernyanyi bersama katak-katak lain, meski berjauhan," ucap Kero.
"Kalau pas musim hujan, terserah kamu, Ro! Tapi kalau musim kemarau begini, nggak enak didengerin suaramu itu."
Kero terdiam. Memang kalau dia menyanyi sendirian, tidak akan semerdu kalau memadukan suara dengan teman katak lainnya. Apalagi kalau ada suara hujan, akan semakin indah. Suara gemericik hujan seakan menjadi musik pengiring lagu Kero dan teman-teman kayak lainnya.
Akhirnya Kero meninggalkan Ici. Dia tidak mau bertengkar dengan Ici yang merasa terganggu olehnya. Ici pun kembali masuk ke dalam rumahnya yang luas dan ada mesin pendingin ruangan.
Ici paling suka berada di kamarnya, karena tidak kegerahan. Dengan begitu, dia akan mudah tidur nyenyak. Akibatnya, tubuhnya jadi lebih gemuk, karena dia hanya senang makan, bermain sebentar, dan tidur. Dia jarang bermain dengan hewan lain di desa Kebun Binatang, tempat tinggal mereka.
Ici membaringkan tubuh di atas ranjangnya. Di tangannya ada sebuah buku kartun tentang kelinci yang menjadi idola di Hutan Nyanyi. Buku itu begitu membuat Ici terinspirasi. Dia ingin menjadi kelinci yang pintar, lucu dan supel.
Rupanya Ici tahu bagaimana tokoh yang baik seperti apa, dan tokoh yang buruk seperti apa. Namun, dia tidak bisa mencontoh perilaku dari tokoh baik. Makanya Ibu Ici sampai kewalahan dalam menghadapi Ici.
***
Akhirnya Ici bisa sampai di desa Hutan Nyanyi, tempat di mana kelinci idola yang diceritakan dalam buku kartun. Di sana, dia mendengar suara musik dengan paduan suara katak-katak. Ici sangat heran, kenapa ada musik dan nyanyi bareng di Hutan Nyanyi itu.