"Aku nggak mau bawa rumah ini, Bu!" ucap Puput, si anak siput, dengan wajah memelas. Ibu Puput yang sedang menyetrika pakaian, menghentikan sesaat aktivitasnya.Â
"Kenapa nggak mau bawa? Tubuh kita tidak aman kalau rumah nggak dibawa, Put," ucap Ibu Puput dengan suara lembut.
"Tapi aku sering diejek dan ditertawakan teman-teman, Bu. Aku malu!"
Ibu Puput menghela napas panjang. Beliau memang sering mendengar cerita kalau Puput diledek teman-temannya. Puput sendiri sering dinasihati agar tidak terlalu memikirkan ucapan teman-temannya.
"Kok malu? Rumah ini kan sudah diberikan Allah kepada kita sebagai pelindung kita, Put."
Puput terdiam. Air matanya mulai membasahi pipinya.
"Kulit kita nggak seperti hewan lain. Itulah keunikan kita, Put. Kita harus bersyukur."
Kalau sudah dinasihati seperti itu, Puput lebih tenang. Meski dalam hati, dia sangat khawatir kalau terus-terusan diejek teman-temannya.
**
Suatu hari, Puput bermain bersama teman-teman seperti Cici si kelinci, Kuthuk si anak ayam, Kupu-kupu, Meri si anak bebek dan sebagainya.