Aku terhenyak. Shock dan tak pernah mengira kalau hubungan yang terjalin lewat dunia maya bisa seperti sebilah pisau. Satu bagian aman dan satu bagian lainnya bisa melukai.
Aku berharap hubungan itu bisa langgeng, seperti halnya yang dialami teman-temanku yang menikah meski tadinya hanya mengenal lewat dunia maya.
***
Mengenalmu adalah anugerah. Tak terkira. Kuakui itu. Kau mengisi hari-hari hingga aku lebih bersemangat dalam melakukan rutinitas keseharian di perantauan.
Seperti tak ada rasa lelah. Ya...aku begitu bermimpi bisa mewujudkan kedekatan kita sampai jenjang pernikahan.
Awal mengenalmu pun tanpa sengaja. Saat itu kau menghubungi sahabatku. Menanyakan kabarnya. Dan usilnya aku, aku membalas pesanmu dan menyimpan nomormu di kontak HPku. Kebetulan, HP sahabatku tak dipassword.
Aku penasaran dengan namamu yang unik. Mungkin hanya satu di dunia ini yang namanya begitu menarik. Tak terlintas bagaimana rupamu, ayu atau tidakkah. Tak kupedulikan, Dara.
Di sisi lain, aku tak ingin kau didahului sahabat yang kau hubungi. Mungkin bisa dibilang, aku menelikung sahabatku.Â
Sahabatku pernah menghubungiku.Â
"Jangan aneh-aneh sama dia," nada bicaranya terkesan cemburu. Aku tertawa lebar.Â