Aku tak begitu paham dengan duniamu tetapi akan berusaha menyelami dan memahamimu. Kuharap kau pun begitu.
Membayangkan pertemuan kita nantinya membuatku berbunga-bunga. Sungguh, kau membuatku begitu menyayangimu.
Namun kini kusadari kalau seorang lelaki yang dipegang adalah omongannya. Itu kusadari saat aku kehilangan kepercayaanmu.
Entah aku salah ketik apa pada pesanku, hingga kau sangat kesal.
"Apa maksudmu? Emangnya aku ini apamu?"
Sebuah pertanyaan yang membuatku luka. Aku menangis dalam hati. Tak ingin kutunjukkan pada siapapun kalau aku patah hati. Bahkan kepada sahabatku pun, aku tak pernah bercerita perselisihan kita.
***
Menunggu memang melelahkan. Kusadar dan aku paham sepenuhnya. Kau lelah menghadapiku. Perempuan sepertimu menginginkan kepastian.Â
Aku sendiri takkan rela kalau adik perempuanku dipermainkan siapapun. Akan kubuat perhitungan kalau ada lelaki yang berani menyakiti adikku.
Di balik rasa sakit hati, aku merasa tetap sayang padamu. Terkadang kupikirkan terus dirimu. Tetapi tak mungkin lagi untuk melanjutkan hubungan kita. Kuberharap luka hatiku lekas sembuh.
Kuhibur diriku bahwa ada yang lebih baik darimu, Dara. Kaupun bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik daripada aku. Terimakasih telah mengajariku arti sebuah komitmen atas ucapanku.