Setiap pagi ketika berangkat ke kampus, aku selalu melihatmu di pos polisi, dekat kampusku. Dengan seragam cokelatmu kamu terlihat sempurna di mataku. Ya ditunjang dengan tinggi badan yang lumayan. Juga wajah yang rupawan. Bersih. Senyum menawan.
Aku mengenalmu karena sempat menerobos lampu merah demi tidak terlambat di kampus. Alhasil kamu menilangku dan aku kena marah dosen. Kamu sempat menghubungiku dan menanyakan apakah aku terlambat sampai kelas.Â
Selanjutnya komunikasi denganmu semakin lancar. Apalagi ketika kamu tahu kalau aku adik Herlan. Ternyata kamu teman mas Herlan. Kamu sering bertanya tentang mas Herlan.Â
Meski bahan komunikasi hanya berkisar tentang mas Herlan, aku bahagia sekali. Hatiku berbunga-bunga.
**
"Mbak tahu kesalahan, mbak?" tanyamu.
Aku mengangguk. Aku telah menerobos lampu merah lagi. Bodohnya aku.Â
"Ya Allah, kenapa aku blank begini?"
Lalu kamu menanyakan kelengkapan surat-suratku. Aku jadi panik. STNK tak kubawa. Tadi aku lupa tak mengambil di rumah mas Herlan. Meski kenal, kamu profesional juga.
"Mbaknya kenapa, mas Har?" seorang polwan mendekati kita.
**
