Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Lokasi namun Tak Saling Sapa

19 September 2019   12:54 Diperbarui: 19 September 2019   14:16 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: laksani.com

Entah bagaimana kabar Sherly. Di hari ketiga PLPG-nya, aku sama sekali tak berjumpa dengannya. Hanya sesekali aku mengirimkan pesan lewat WA. Untuk saling membalas pun tak bisa bebas. 

Aku sibuk dengan para peserta yang berkonsultasi. Sherly sibuk dengan tugasnya. Aku maklum dan mendukungnya. Meski rasanya rindu begitu besar dan menguasai hatiku.

Sherly menolak keinginanku untuk berbincang meski hanya sebentar.

"Nggak usah, mas. Aku nggak mau kalau teman- teman nanti berpikir aneh- aneh. Dikira ada KKN nanti. Malah nggak baik..."

Aku menghela nafas panjang. Kupikir, mengapa untuk bertemu saja kok dibatasi oleh Sherly. Bukankah perempuan itu kalau berbunga- bunga malah minta lebih diperhatikan dan ingin selalu bertemu?

Ah... Sherly memang perempuan aneh. Tapi itulah mungkin yang membuatku semakin jatuh hati padanya.

"Apa kamu nggak kangen...?"

Aku mengirimkan balasan pesan Sherly. Lama dia tak merespon pesanku. Jangankan dibalas, dibacapun belum. Kulihat terakhir online sudah sekitar dua jam yang lalu.

**

Sampai malam, barulah Sherly, si lesung pipi, membalas pesanku. Lega rasanya. Balasan itu menjadi obat kangen hati. Sherly tak tahu, bahwa rinduku seperti tanah yang merindukan hujan di musim kemarau saat ini. 

Tak kalah dengan tanah yang semakin nelo atau mengering, rinduku juga seperti kondisi alam di Riau atau daerah Kalimantan yang terkena musibah asap pekat karena kebakaran hutan dan lahan. Jika mereka sesak karena udara tercemar, hatiku juga tercemar oleh perasaan galau dan rindu setengah mati. Tapi setidaknya aku masih bisa menghirup udara segar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun