Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapa yang Lebih Nasionalis?

9 Maret 2017   17:29 Diperbarui: 9 Maret 2017   17:33 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bulan Desember 2016, saya mudik ke kampung halaman di tepian Danau Toba. Sungguh, rasa bahagia berkumpul dengan separoh dari keluarga besar sangat memuaskan, ditambah oleh keindahan panorama Danau Toba dan semilir angin membuai wajah, terimakasih Tuhan, telah Kau limpahkan keindahan tiada tara ke bangsaku, bangsa Indonesia.

Bangsaku?..... emang gue yang punya bangsa ini? Dan mendadak rasa hatiku tersentak oleh nongolnya pertanyaan konyol ini secara mendadak. Pertanyaan konyol tetapi sulit sekali saya jawab.

Tetapi begitulah hidup dan kehidupan, yang terkadang jawaban dari pertanyaan besar dan sulit justru datang dari mulut anak-anak, bocah-bocah lugu itu, yang mengatakan apa adanya tanpa ada apa-apa, nah bingung kan?

Empat orang ponakanku diskusi, salah satu ungkapan mereka adalah “Indonesia dijajah oleh Belanda selama 350 tahun”. Bah, mereka memang lugu. Saya yang merasa dewasa dan merasa juga sudah banyak makan asam, garam, dan cabai, pokoknya sudah banyak makan sambal kehidupan, tergerak untuk menjelaskan kepada mereka bahwa “Indonesia dijajah oleh Belanda selama 350 tahun” adalah salah.

Kenapa Tulang? …. Mereka serentak dan serempak bertanya heran…

Duduklah yang manis. Begini …. Belanda datang ke Tanah Batak baru pada tahun 1817. Kalau kalian hitung ke hari kemerdekaan tahun 1945, itu baru 62 tahun. Betul kan?. Lagi pula Indonesia baru ada tahun 1945, jadi sebelum tahun 1945 Indonesia belum ada, jadi tidak mungkin Belanda menjajah Indonesia bukan?. Mungkin yang kalian maksud dijajah Belanda selama 350 tahun adalah pulau Jawa, karena ke sanalah Belanda datang terlebih dahulu.

Eehhh … Tulang yang salah. Kata mereka berempat. Busyet, ponakan kecilku ini menyalahkan diriku?

Indonesia itu kan “atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa”, lagi pula Pulau Jawa itu kan Indonesia, dan orang Jawa itu kan bangsa Indonesia. Jadi kami turut sedih kalau mereka dijajah Belanda, begitu Tulang. Mereka menjelaskan bergantian. Tiba-tiba mereka berdiri dan lalu bernyanyi; “dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia. Indonesia tanah airku, aku berjanji padamu. Menjunjung tanah airku, tanah airku Indonesia”. Wwwoooouuuu ……

Sepertinya aku kalah telak oleh keempat ponakanku ini. Bukan kalah telak tentang ilmu sejarah atau ilmu-ilmu lainnya, tetapi tentang sesuatu, saya belum tahu sesuatu itu apa, tapi tampaknya berkaitan dengan rasa. Tampaknya aku butuhkan jeda untuk tarik nafas dan merenung …..jadi aku permisi ke toilet.

Dari dalam toilet aku dengar lagi mereka berempat bernyanyi; “satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita. Tanah air, pasti jaya, untuk slama-lamanya. …. “ Aku mulai bertanya-tanya di hati, sebenarnya siapa yang perlu mengajari siapa tentang kebangsaan?

Sebetulnya aku tercekat dan heran. Entah bagaimana keempat ponakan kecilku ini bisa berempati merasakan kesedihan dan penderitaan dari orang-orang yang terjajah 410 tahun sebelum mereka lahir, dan orang yang terjajah itu di suatu tempat yang jauhnya ribuan kilometer dari kampungku. Coba, saya pantas heran dan takjub, bukan? Tidak ada satupun orang dewasa, apalagi politikus, yang memiliki empati kebangsaan yang sangat kuat dan keras, seperti keempat ponakan kecilku ini. Aku bertepuk tangan untuk semua keponakan kecil, entah siapa dan entah dimana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun