Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemanusiaan dan Kesetanan

13 Agustus 2013   12:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:22 2582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pertama kita sepakat lebih dahulu bahwa dalam derajat kata, MANUSIA dan SETAN berada dalam derajat yang sama. Keduanya sama-sama merupakan kata benda. Konsekuensinya, kita juga kemudian harus sepakat bahwa kata KEMANUSIAAN dan KESETANAN juga berada dalam derajat yang sama.

KEMANUSIAAN adalah tentang nilai-nilai yang dianut oleh manusia dalam kaitan hubungannya dengan sesama manusia, seperti toleransi, welas-asih, cinta-kasih, tolong-menolong, gotong-royong, mendahulukan kepentingan umum, dan banyak lainnya. Semua nilai-nilai itu adalah antara manusia dengan manusia.

KESETANAN adalah nilai nilai yang dianut setan dalam hubungannya dengan sesama setan. Sesama setan juga terdapat toleransi, welas-asih, cinta-kasih, tolong-menolong, gotong-royong, dan banyak nilai-nilai lainnya.

Cinta-kasih per definisi manusia itu tentu saja tidak sama dengan cinta-kasih per definisi setan. Begitu juga definisi welas-asih, cinta-kasih, tolong-menolong, gotong-royong, dan lainnya, berbeda per definisi antara manusia dan setan, bahkan berlawanan.

Cinta-kasih pada nilai kemanusiaan adalah tentang saling mengasihi dan menghormati, cinta-kasih pada nilai kesetanan adalah tentang saling membenci dan menghina. Toleransi pada nilai kemanusiaan adalah tentang saling menerima, toleransi pada nilai kesetanan adalah tentang saling menolak dan mengabaikan. Begitu semuanya.

Tetapi mari kita bandingkan tentang komitmen. Komitmen MANUSIA terhadap nilai KEMANUSIAANNYA dengan komitmen SETAN terhadap nilai KESETANANNYA. Tentang komitmen ini, manusia kalah jauh terhadap setan. Fakta sederhananya begini : Begitu banyak Manusia yang Kesetanan, tetapi belum pernah ada Setan yang Kemanusiaan. Atau begini: Begitu banyak manusia yang tergoda oleh setan, tetapi belum pernah ada setan yang tergoda oleh manusia.

Komitmen setan terhadap nilai kesetanannya, jauh lebih kuat daripada komitmen manusia terhadap nilai kemanusiaannya.

Manusia korupsi, itu sesuai dengan nilai KESETANAN yaitu tentang mengambil sesuatu yang bukan hak, tetapi itu bertentangan dengan nilai KEMANUSIAAN. Bukankah sangat banyak koruptor di Indonesia ini?

Manusia yang membakar rumah ibadah manusia lainnya, itu sesuai dengan nilai toleransi pada KESETANAN tetapi bertentangan dengan dengan nilai toleransi pada KEMANUSIAAN. Bukankah hal seperti ini sangat sering terjadi di Indonesia?

Kampanye politik yang mengumbar janji manis dan lalu melupakannya, itu sesuai dengan nilai KESETANAN tetapi bertentangan dengan nilai KEMANUSIAAN. Sembilan puluh koma sembilan puluh sembilan persen politikus melakukan ini, ya kan?

Para birokrat seperti polisi, hakim, jaksa, dan lainnya, harus disogok agar urusan menjadi lancar, adalah sesuai dengan nilai KESETANAN tetapi bertentangan dengan nilai KEMANUSIAAN. Kita semua tahu bagaimana birokrat yang kita miliki bekerja dan berperilaku.

Jika banyak birokrat yang menerima sogokan, artinya banyak rakyat dan pengusaha yang memberikan sogokan, sesuai pula dengan nilai KESETANAN tetapi bertentangan dengan nilai KEMANUSIAAN.

Orang membuang sampah sembarangan, merokok di segala tempat, berlalu-lintas sesuka hati sendiri, itu sesuai dengan nilai KESETANAN tetapi bertentangan dengan nilai KEMANUSIAAN. Konsumsi rokok per kapita Indonesia adalah tertinggi sedunia.

Bapak yang memperkosa anak gadisnya, guru yang melakukan pelecehan seksual terhadap siswa perempuan, remaja yang mengkonsumsi narkoba, sangat sesuai dengan nilai KESETANAN tetapi bertentangan dengan nilai KEMANUSIAAN. Setinggi apakah frekuensi kejadian seperti ini di Indonesia?

Akibatnya pertanyaan “berapa banyak manusia Indonesia yang KESETANAN” menjadi kurang relevan untuk ditanyakan. Tetapi pertanyaan “berapa banyak manusia Indonesia yang bertahan pada nilai KEMANUSIAAN” menjadi jauh lebih relevan untuk diajukan.

Dan ini ternyata membuat para setan agak cemas sebab pekerjaan mereka makin lama makin menyempit dan mengecil. Manusia Indonesia itu tidak memerlukan godaan dan bimbingan setan untuk menjadi KESETANAN, mereka sudah KESETANAN dengan sendirinya.

Setan cemas akan kemungkinan kehilangan pekerjaan di Indonesia, dan menjadi pengangguran. Bisa anda bayangkan jika pada akhirnya semua setan menganggur?, Sebuah kemungkinan yang meyeramkan adalah jika para setan yang menganggur itu memilih untuk menjadi manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun