Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Doa dan Azab

18 November 2020   11:50 Diperbarui: 18 November 2020   12:01 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semoga si Rozok dipanjangkan umurnya dan kelak menjadi pemimpin, semoga si Jaka dan si Manga dipendekkan umurnya, begitulah doa seorang ulama, bayangkan ..... seorang ulama. Atheis masih lebih baik karena tidak pernah berdoa, dengan demikian atheis tidak pernah mendoakan agar azab menimpa seseorang atau sekelompok orang lain.

Saat sekarang ini doa azab banyak bertebaran, terutama di media sosial. Semoga azab Allah segera menimpa mereka, semoga Allah yang Maha kuasa menurunkan bencana yang maha pedih atas mereka, semoga Allah menurunkan kutukanNya, semoga Allah membinasakan mereka, adalah doa-doa azab yang mudah ditemukan di media sosial. 

Sesungguhnya saya tidak tahu apakah doa azab itu layak disebut doa? Tetapi tidak apalah, semoga Tuhan tidak membaca media sosial yang menjadi dunia maya itu. 

Media sosial itu dunia maya, yang berdoa di situ adalah manusia berwujud maya, dan doa azab itu dipanjatkan ke tuhannya yang maya. Media sosial menjadi dunia maya  tempat yang tidak terbatas untuk mempertontonkan kedunguan yang tidak terbatas.

Tetapi, bagaimana kita sebagai mahluk yang diberkati dengan nalar, dapat memahami doa azab ini, yang dipanjatkan manusia yang wujudnya nyata, di ruang dunia yang nyata, diamini manusia berwujud nyata?. Tidak mungkin manusia yang memiliki nalar bisa paham. 

Satu-satunya cara memahami doa azab ini adalah, sang pendoa tidak memiliki nalar. Mungkin, ketika Tuhan memberikan nalar ke umat manusia, sang pendoa ini tidak hadir, dan banyak juga yang lainnya yang juga tidak hadir, itulah mereka yang mengamini doa azab itu.

Di semua agama, doa adalah permohonan spiritual. Karena setiap agama mengakui bahwa Tuhan itu Maha Baik, maka doa sejatinya adalah permohonan untuk kebaikan. Permohonan akan pengampunan, permohonan akan berkat, permohonan agar terhindar dari bahaya dan bencana. Ampunilah dosaku, dosa kami, dosa semua umat manusia, berkatilah aku, berkatilah kami, berkatilah semua umat manusia.

Memaafkan lebih sulit dari mengutuk, mengasihi lebih sulit dari membenci, menolong lebih sulit dari membiarkan, bersabar lebih sulit dari mengamuk. Bayangkan, Tuhan menitahkan agar kita tidak sekedar memaafkan, tetapi bahkan lebih sulit lagi, harus mendoakan. Tuhan sudah mewanti-wanti, jalanKu adalah jalan yang sulit.

Doa tentu saja dipanjatkan dalam rangkaian kata-kata, tetapi efektifitas dari doa tidak terletak pada keindahan rangkaian kata-kata itu. Efektifitas doa terletak pada ketulusan dan keikhlasan sang pendoa. Tuhan tahu apa yang hendak kita minta, bahkan sebelum kita memintanya.

Doa yang dibisikkan dari hati yang tulus dan bersih, bergaung lebih keras memanjat ke langit dibanding doa yang dirangkai dengan kalimat indah yang dipanjatkan lewat pengeras suara toa, tetapi dari hati yang dengki dan busuk. Kedengkian dan kebusukan tidak pernah menempel ke yang Maha Suci.

Jalan Tuhan itu adalah jalan yang sulit, karena itu kita harus selalu berdoa agar Tuhan memberikan kekuatan pada kita, ... amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun