Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Covid-19 Menunjukkan Siapa kita

23 Maret 2020   11:02 Diperbarui: 23 Maret 2020   11:14 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tetapi infeksi paling jahat adalah kebodohan, kebodohan pasti melahirkan kesombongan, kesombongan melahirkan ketidakpedulian, ketidakpedulian menguatkan kebodohan, itu siklus yang sangat mematikan.

Salah satu ciri kebodohan itu adalah wasting time, membuang banyak waktu, berleha-leha, tidak mau belajar dari pengalaman orang lain. Semua kita mengetahui kecepatan penyebaran wabah itu di negeri China sana, tapi kita tidak mampu belajar dari peristiwa itu, memetik hikmah sehingga kita mulai bersiap dan mencari cara untuk mencegah agar wabah tidak sempat masuk. 

Atau jikapun wabah masuk ke negeri ini, bagaimana cara mendeteksi, alat apa yang diperlukan, kapan dan di mana alat itu bisa dibeli, berapa banyak yang kita butuhkan, kapan alat itu harus ada dan ke mana saja didistribusikan, apa alat pelindung tenaga medis, di mana dibeli, berapa banyak yang dibutuhkan, berapa jumlah tenaga medis yang tersedia, jumlahnya cukup atau kurang, jika masih kurang bagaimana cara menambah, dan lain-lain yang masih sangat banyak, yang seharusnya sudah dipikirkan dan diantisipasi sejak awal.

Kita hanya sadar ketika wabah sudah menyergap, tetapi terlambat sudah. Kita baru mencari-cari di mana alat pendeteksi bisa dibeli, kita baru sadar rumah sakit rujukan tidak cukup (untuk Jakarta yang berpenduduk 10 juta jiwa, awalnya hanya 4 RS rujukan), kita baru sadar sarana pelindung tenaga medis tidak memadai, kita baru sadar bahwa rakyat tidak siap karena tidak pernah dipersiapkan. 

Bayangkan, web-site resmi baru ada setelah beberapa lama wabah merebak, setelah beberapa orang meninggal, bayangkan betapa leletnya kita ini, dan terutama betapa bodoh dan tengilnya kita ini.

Di China sana, semua bersatupadu menghadapi wabah, di sini kita kocar-kacir.

Semoga wabah COVID 19 tidak menyebabkan wabah lainnya, kegilaan masyarakat, masyarakat yang menjadi gila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun