Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bencana Nasional

6 Maret 2019   14:29 Diperbarui: 6 Maret 2019   14:57 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Soahibku ini tampak mulai ragu, umpatannya berkurang. Tetapi masa sih langsung kau sebut itu bencana nasional, sampai kau usul agar 1 Maret ditetapkan sebagai hari berkabung nasional?.

Begini kawan, tidak serius membangun gedung pencakar langit adalah bencana, dapat memakan korban ratusan atau mungkin ribuan jiwa, mati tertimbun dan terperangkap, menyakitkan kawan. Kau setuju jika itu saya sebut bencana?....

Yeah, boleh juga. Aku terbayang keluarga yang ditinggalkan korban, anak-anaknya, cucu-cucunya, dan lainnya. Atau bahkan mungkin satu keluarga mati memutus garis keturunan selamanya... itu bencana.

Nah, kawan, itu satu gedung dengan korban ratusan atau seribu jiwa. Kau tahu peristiwa kemaren, 1 Maret itu kawan?, berapa yang korban?, bukan jiwa tetapi masa depan, bukan hanya masa depan mereka tetapi masa depan bangsa ini, jika pendidikan dikelola dengan cara main-main, coba-coba?, hampir sejuta orang kawanku, sejuta orang. Kau tidak melihat sih, bagaimana siswa dan orangtua sejak pukul 10.00 pagi sampai pkl 4 sore duduk didepan monitor menunggu bisa masuk jaringan, kau tidak dengar sih tangisan mereka karena gagal mendaftar.

Kau tidak dengar sih betapa panjang pikiran orangtua, sebab ini berkaitan dengan masa depan anaknya. Kau tahu apa yang ditanya orangtua siswa ke saya?, pak, kalau mendaftar saja sudah begini, bagaimana nanti saat ujian, bagaimana kami bisa percaya bahwa tidak ada permainan macam-macam, bagaimana kami bisa percaya bahwa sistem ini akuntabilitasnya tinggi? bagaimana masa depan anak kami ini pak?

Bah.... Tetap saja kau berlebihan. Bencana nasional? .... Astaga. Kata sohibku ini protes.

Baik kawan, aku ganti. Bukan bencana nasional, tetapi bencana masa depan. Kening sohibku ini langsung mengkerut. Apalagi ini, bencana masa depan?

Baiklah, kawan. Tengok sistem itu lebih detil. Kenapa siswa sudah harus mendaftar untuk mengikuti UTBK ke 2, sementara UTBK ke 1 saja belum berlangsung, kenapa kawan?. Seperti kau bilang saya selalu berpikir negatif, maka saya bilang sistem itu untuk memaksa agar calon mahasiswa terpaksa membayar untuk dua kali UTBK, empat ratus ribu rupiah kawan, per peserta, dikali hampir sejuta peserta. Bukankah yang paling adil itu adalah pendaftaran UTBK ke 2 dibuka setelah hasil UTBK ke 1 diperoleh siswa?. Lalu, betulkah siswa bebas memilih tanggal dan tempat UTBK seperti yang kalian sebut-sebut itu? Tanggal 1 Maret sistem ngadat, tapi kenapa tiba-tiba lokasi ujian di Jakarta bisa penuh? Bohong kawan, bohong. Banyak siswa yang mendapat lokasi ujian UTBK tidak sesuai keinginannya.

Lalu mengapa menjadi bencana masa depan?, tanya sohibku ini.

Sederhana sekali jawabannya. Pendidikan adalah untuk masa depan, masa depan siswa, masa depan masyarakat, masa depan bangsa. Lalu pendidikan seperti apa yang diserap siswa dari masalah ini kawan? ... bahwa pendidikan hanya sekedar coba-coba? Salah satu dari mereka akan menjadi menteri pendidikan di masa depan, lalu?... berpikirlah kawan.

Tampaknya otak kawanku ini mulai panas, saya lihat matanya mulai menerawang nanar. Tampaknya kawanku ini susah memahami masa depan dengan pendidikan masa kini. Pada hal itu sangat sederhana sekali. Masa depan bangsa ini tergantung pada bagaimana pendidikan hari ini. Yeah, mungkin saja birokrat dan politisi susah memahami ini, ya kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun