Singkatnya, saya ucapkan terima kasih kepada sesuatu yang bernama bulan Oktober, lebih jauh lagi kepada Paus Gregorius XIII pembuat kalender Gregorian ini, dan terlebih jauh lagi kepada Tuhan yang menciptakan manusia dan dunia beserta segala isinya, yang menciptakan alam semesta raya  baik yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.Â
Sekali lagi, bagi saya, nama bulan Oktober sebagai "waktu"Â itu sangat bermakna, karena pada waktu bulan itu saya terlahir ke dunia. Lokasi lahir itu di Sekolah Dasar Wangkung, Boleng, kini Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT (Propinsi Nusa Tenggara Timur), lokasi mana sebagai pusat sekolah dan pusat paroki yang diapiti oleh dua sungai yang sangat jernih airnya dari hulu pegunungan Bowisie. Nama sungai itu Wae Dangar dan Wae Baling, hulunya bermuara ke Nanga Na'e di pantai Labuan Bajo, Kec.Komodo.
Mengapa saya lahir di Wangkung Boleng? Itu karena ayah saya, Nobertus Nuba, asal kampung Loha, Kempo( bersama mama Marta Mael, istrinya asal Tado, Bibang)) berprofesi sebagai guru sekolah dasar, bekerja di sana selama 5 (lima) tahun. Selama di sanalah, begitu saya lahir, si waktu bulan Oktober itu lagi nongol.
Penutup:
Jangan hanya berterima kasih kepada seseorang, tetapi juga kepada yang bernama 'waktu', apalagi kepada Sang Pemilik Waktu, yaitu Tuhan yang menciptakan kita (Jon Kadis, Nov.2021).
Nulis selagi seruput KOPI KEHIDUPAN di Labuan Bajo, 27 November 2021