"Tenang kawan pisau ini tidak tajam, pisau ini takkan bisa menyakitimu."
"Aku akan menunggumu sampai kau keluar dari situ. Aku hanya ingin bermain-main sebentar denganmu."
Aku bersiul menunggu Rendi keluar dari kamar mandi tempat ia bersembunyi.
Rendi menangis di dalam kamar mandi namun aku senang mendengar tangisannya itu.
Semakin dia takut, semakin bergairah hasrat ini untuk membunuhnya.
Tapi aku tidak mau terlalu cepat, Aku menyiksa batinnya terlebih dahulu.
Aku melihat lampu kamar mandinya masih hidup, ku matikan lampunya agar dia gelap didalam situ.
Kali ini ku biarkan gelap yang menyiksanya pertama kali.
Satu malam ini Rendy terkurung di dalam kamar mandinya sendiri.
Ku lihat kucing Rendi yang manis dan cantik tertidur pulas.
Tanpa basa basi aku langsung membunuh kucingnya dan melemparkan bangkainya ke kamar mandi lewat celah pintu kamar mandi Rendi.
Rendi muntah-muntah di dalam kamar mandi karena melihat kucing kesayangannya sudah mati dalam kondisi tercincang-cincang.
Baca juga : Pengagum Bayangan
Keesokan harinya bau bangkai sudah tercium dari kamar mandi. Pasti itu bau bangkai kucingnya.
"Bagaimana? Enak wangi parfumnya?" Tanyaku sambil mengetuk pintu kamar mandinya.
"Aku minta maaf Ryan! Jangan bunuh aku dengan cara seperti ini. Aku ingin keluar!" Jawab Rendi menangis kencang.
Aku membiarkan Rendi keluar dari kamar mandi karena dia terlalu ribut meminta maaf.
Dengan kondisi yang sangat buruk Rendi keluar dari kamar mandi dan mencoba kabur dengan cara langsung berlari ke arah pintu kamarnya.
Namun sayang sekali, gagang pintu tersebut sudah kulepas.
Jalan keluar satu-satunya adalah dari jendela tempat aku masuk.
Karena dia ingin kabur aku memberinya hukuman yang terbilang ringan menurutku.
Aku menyuruh Rendi memakan bangkai kucingnya itu jika dia tidak mau aku akan membunuhnya sekarang juga.
Sampai akhirnya Rendi mati keracunan karena memakan bangkai kucingnya itu.
Hahaha aku membunuhnya tanpa menyentuhnya sedikit pun.
Rendi mati dalam liang kesuraman oleh rasa ketakutan.
Aku pulang dan meludahi mayatnya.
Setelah keluarga Rendi pulang dari luar kota, mereka terkejut melihat anak kesayangan mereka mati dengan cara yang konyol.
Samapai-sampai berita tentang kematian Rendi masuk ke stasiun televisi.
Ketika melihat berita tersebut ada rasa senang di hati. Apalagi melihat ibunya menangis ketika di wawancarai.
Tapi setelah aku pikir, polisi pasti akan mencariku dan menangkapku.
Aku masuk kamar ku yang gelap dan menyiapkan semua barang untuk pergi mengasingkan diri ke daerah pegunungan.
Sekitar jam 12 malam aku pergi dengan kendaraan umum.
Di perjalanan aku tertidur dan bermimpi.
"Terima kasih atas satu nyawa yang kau berikan kepadaku." Ucap sang kegelapan.
"Sekarang aku ingin nyawamu? Apakah kau akan memberikannya untukku?" Tambahnya.
Seketika aku terbangun dari tidurku.
Mimpi barusan sangat membuatku terkejut.
Gelap yang selalu ku anggap sebagai teman setia kini menginginkan nyawaku.
Aku tahu apa maksud dari kegelapan yang ada di dalam diriku.
Dia menginginkan tumbal agar dia tidak mengambil nyawaku.
"Pak tolong berhenti sebentar saya ingin buang air kecil di pinggir jalan." Ucapku pada supir angkutan umum.
Ketika aku turun aku membuka tangki bensin dan memasukkan pematika api ke dalamnya.
Kemudian aku berlari menjauhi kendaraan umum tersebut.
Duuuaaaarrrrrrr....
Angkutan umum tersebut meledak dengan hebat. Semua orang di dalamnya mati menggenaskan.
Akhirnya aku membunuh mereka semua, membuatku merasa puas dan lega.
Gelap tidak akan mengambil nyawaku jika aku tetap membunuh orang setiap harinya.
Jadi? Siapa selanjutnya?
Tamat
Baca juga : Titip
Episode Sebelumnya Pyschopath Insane Episode 1