Mohon tunggu...
Joni MN
Joni MN Mohon Tunggu... Penulis - Akademisi

Pengkaji dan Peneliti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyelisik Sebutan "Ghayo" pada Catatan Marco Polo

23 Mei 2020   12:41 Diperbarui: 25 Mei 2020   17:09 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagi orang yang suka sejarah tentunya menarik untuk menelisik catatan Marco Polo sebagaimana dikaji oleh Dada Meuraxa (baca M.H. Gayo: Perang Gayo Alas Melawan Kolonialis Belanda, diterbitkan oleh PN Balai Pustaka, Jakarta 1983: hlm 36-37).

Dalam buku itu Marco Polo menyatakan bahwa di pedalaman Samudera Pasai, yakni di daerah pegunungan, ada penduduk. "Mereka menyebut rajanya dengan sebutan 'Ghayo o Ghayo' yang bermakna Raja Gunung yang Suci," begitu dinukilkan Marco Polo dalam catatan perjalanannya.

Menurut beliau, sebutan nomina orang kedua jamak yang me-refer kepada "mereka" yang dalam konteks ini adalah penduduk yang si pemilik raja dengan sebutan "Ghayo o Ghayo" tersebut. 

Pada kesempatan ini saya coba ulas terlebih dahulu tentang karakter huruf-huruf yang ada dalam kata /Ghayo/.

Di dalam buku tersebut tidak disebutkan sumber kata /Ghayo/ ini berasal dari bahasa apa dan bahasa suku mana. Akan tetapi, jika diidentifikasi pada ungkapan yang ada pada pernyataan Dada Meuraxa yang sumbernya dari pernyataan Marco Polo, beliau katakan bahwa, "Mereka menyebutnya." Nah, jika ditilik berdasarkan pernyataan kata /nya/ yang lekat kanan, yakni pada posisi sufiks dari ungkapan [menyebut...], itu bermakna menunjuk kepada kepemilikan. Pemiliknya yang berarti merujuk kepada [mereka] si pemilik raja tersebut. Dalam konteks ini jelas bahwa yang dimaksud adalah penduduk Ghayo (Gayo) itu sendiri.

Meski sudah merujuk kepada akhir kata/nya/ yang me-refer pada pemiliknya yang sudah jelas, tapi untuk menguatkannya dan sebagai pembuka keberlanjutan kajian kepada masing-masing disiplin ilmu yang dimiliki, dalam konteks ini kita coba telisik lagi dari karakter huruf per huruf dari kata /Ghayo/ tersebut.

Dalam kajian ini kita coba gunakan pendekatan psikologi linguistik, psikologi sosial, dan natural language atau bahasa alami yang Philip menyebutnya dengan universe language (bahasa semesta).

Menurut Stephen G Haw dalam Buku "Marcopolo's  China" (2006: 111)  yang merupakan catatan perjalanan Marco Polo selama di Cina atau di Asia, beliau jelaskan makna dalam bahasa adopsi Somalia kata "Ghayo" bermakna  (pasti) atau "pastikan".

tulisan ini telah tayang di laman berikut

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun