Mohon tunggu...
吳明源 (Jonathan Calvin)
吳明源 (Jonathan Calvin) Mohon Tunggu... Administrasi - Pencerita berdasar fakta

Cerita berdasar fakta dan fenomena yang masih hangat diperbincangkan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Teknologi CRISPR yang Dinanti

28 Mei 2018   12:45 Diperbarui: 28 Mei 2018   23:40 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan data perkembangan nilai impor komoditas nonmigas dari Badan Pusat Statistik yang telah diolah oleh Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Perdagangan, peningkatan nilai import Indonesia cukup tajam terjadi pada sektor pangan lebih tepatnya di bagian buah-buahan dan sayuran. Selain itu, peningkatan nilai impor juga terjadi pada komoditas pangan lainnya lebih tepatnya pada susu, mentega, dan telur. 

Pada komoditi susu; mentega; dan telur, meskipun sempat terjadi penurunan dari tahun 2015 sebesar US$911.7 juta menjadi US$ 832.4 juta di tahun 2016 namun di tahun selanjutnya terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada nilai impor di tahun 2017 yaitu sebesar US$ 990.5 juta.

Pada komoditi buah-buahan, peningkatan nilai impor terjadi dari tahun 2015 sebesar US$ 666,4 juta menjadi US$848,1 juta di tahun 2016 sedangkan pada komoditi sayuran, peningkatan nilai impor yang semakin tajam terjadi dari tahun 2015 sebesar US$558,1 juta menjadi US$695,9 juta di tahun 2016 dan meningkat kembali menjadi US$ 820,7 juta di tahun 2017.

Peningkatan nilai impor komoditas pangan Indonesia tentunya cukup meresahkan bagi para petani dikarenakan mayoritas petani Indonesia didominasi oleh petani dengan skala rumah tangga yang notabene berskala kecil didasarkan pada Sensus Pertanian 2013. Lebih mirisnya, didasarkan pada luas lahan yang dikuasai mayoritas petani Indonesia tergolong sebagai petani gurem yaitu 56% menurut data Sensus Pertanian 2013. 

Petani yang tergolong dalam petani gurem adalah petani yang memiliki lahan 0,50 Ha atau lebih. Dalam Sensus Pertanian 2013, petani Indonesia didominasi oleh petani yang memiliki lahan <1000 Ha yaitu sebesar 9.380.300 di tahun 2003, sedangkan di tahun 2013 petani yang memiliki lahan <1000 Ha sebesar 4.338.847 jiwa. Meskipun mengalami penurunan, golongan tersebut masih mendominasi jumlahnya di Indonesia.

Tentunya, fakta tersebut cukup menjadi sebab kurangnya minat angkatan muda untuk banyak berperan bidang pertanian. Dari data Sensus Pertanian di tahun 2003, terlihat bahwa pada usia angkatan kerja 25 hingga 44 tahun tingkat partisipasi mencapai 44,7 % sedangkan tingkat partisipasi umur 45 hingga 60 hanya 23,2%. 

Pada data Sensus Pertanian 2013, tingkat partisipasi umur 20 hingga 29 tahun hanya 13%; umur 30 hingga 39 tahun hanya 24% sedangkan untuk kelompok umur 40 hingga 54 tahun memiliki persentase partisipasi tertinggi mencapai 41% (Data Sensus Pertanian dalam artikel penelitian Fenomena Penuaan Petani dan Berkurangnya Tenaga Kerja Muda serta Implikasinya bagi Kebijakan Pembangunan Pertanian)

Inovasi CRISPR

Permasalahan ini cukup lama dan telah banyak dibahas di media tanpa adanya jalan keluar yang pasti. Namun, berkat perkembangan teknologi saat ini, sedikitnya dapat memberikan solusi atas karut marut permasalahan tersebut. Teknologi ini dinamakan CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats). 

Pada mulanya, CRISPR digunakan untuk menjaga bakteriofag dan hal ini ditemukan pada mulanya ditemukan di bakteri E.coli. Sejatinya, jika dilihat dari cara kerjanya, CRISPR digunakan oleh prokariotik (salah satunya bakteri) sebagai bagian sistem imun yang dapat beradaptasi. 

Secara spesifik, protein CRISPR akan memotong DNA menjadi beberapa bagian kecil kemudian beberapa potongan DNA disisipkan diantara rangkaian rantai CRISPR. Potongan DNA tersebut kemudian akan mengekspresikan sifat baru dari hasil penyisipan DNA baru tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun