Mohon tunggu...
Jonathan Michael S
Jonathan Michael S Mohon Tunggu... Saya merupakan pelajar di Kolese Kanisius

Hobi saya adalah berolahraga dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Cahaya di Ujung Dermaga

12 Agustus 2025   13:43 Diperbarui: 12 Agustus 2025   13:43 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di senja yang merona, di tepi dermaga tua, aku duduk memandang garis cakrawala yang perlahan melebur dengan laut. Ombak berkejaran seperti anak-anak kecil yang tak kenal lelah, sementara camar melayang rendah, seolah ikut menyampaikan pesan rahasia dari langit. Dalam diam, visusku menangkap setiap detail, kilau keemasan yang menari di permukaan air, riak kecil yang berbisik, dan cahaya matahari terakhir yang berpamitan sebelum tenggelam di ufuk barat. Setiap warna, setiap gerakan, terasa begitu nyata dan mengisi rongga hati yang sepi.

Setiap warna, setiap gerakan, terasa begitu nyata dan mengisi rongga hati yang sepi.

Namun, di balik keindahan itu, ada rasa pilu yang perlahan-lahan mengendap di hati. Visusku bukan hanya menangkap warna dan bentuk, tetapi juga membaca kesunyian yang menyelimuti setiap sudut pemandangan. Aku melihat perahu-perahu kecil kembali merapat ke dermaga dengan layar terkulai, seperti sayap burung yang lelah setelah terbang jauh. Para nelayan menatap laut dengan mata kosong, seolah mereka paham bahwa hari ini laut lebih banyak mengambil daripada memberi. Angin yang bertiup membawa aroma asin yang menusuk hidung, namun juga menyimpan cerita pahit yang tak terucapkan. Dalam tatapan itu, dunia terlihat begitu rapuh, seperti sehelai benang tipis yang bisa putus kapan saja jika tertarik sedikit saja.

Aku pun memejamkan mata, mencoba mengabadikan seluruh panorama dalam ingatan. Visus boleh saja terhenti ketika kelopak menutup, tetapi bayangan senja, rasa udara, dan nyanyian ombak akan tetap bersemayam di ruang batin yang tak tersentuh waktu. Di sanalah, setiap warna, suara, dan rasa akan terus hidup dan menunggu untuk kulihat kembali, suatu hari nanti, meski mungkin bukan lagi dengan mata, melainkan dengan jiwa yang mengingat.

Di sanalah, setiap warna, suara, dan rasa akan terus hidup dan menunggu untuk kulihat kembali, suatu hari nanti, meski mungkin bukan lagi dengan mata, melainkan dengan jiwa yang mengingat.


Visus adalah kemampuan manusia untuk melihat sesuatu dengan tajam dan jelas. Kemampuan ini menjadi jendela utama bagi manusia untuk memahami dunia. Namun, tidak semua orang memiliki visus yang baik sejak lahir. Sejak masa kanak-kanak, visus dapat diuji untuk mengetahui seberapa jelas seseorang melihat. Tes ini biasanya dilakukan dengan membaca huruf-huruf yang disusun dalam ukuran berbeda pada jarak tertentu. Dari hasilnya, dapat diketahui apakah penglihatan seseorang berada di atas rata-rata atau justru memerlukan bantuan alat seperti kacamata.

Dari hasilnya, dapat diketahui apakah penglihatan seseorang berada di atas rata-rata atau justru memerlukan bantuan alat seperti kacamata.


Menjaga kesehatan mata adalah hal penting untuk mempertahankan visus yang baik. Pola makan yang seimbang, istirahat cukup, dan membatasi waktu menatap layar menjadi langkah sederhana namun berarti. Selain itu, penggunaan kacamata dengan lensa yang melindungi dari radiasi cahaya biru dapat membantu mencegah kerusakan mata di kemudian hari.

Ketika aku kembali membuka mata di tepi dermaga itu, aku sadar betapa berharganya visus yang kumiliki. Setiap detail yang tertangkap hari ini bisa jadi suatu saat akan memudar jika aku lalai menjaganya. Laut, langit, senja, dan wajah nelayan itu menjadi pengingat bahwa melihat bukan hanya soal penglihatan, tetapi juga soal merasakan. Dan selama aku masih diberi anugerah untuk melihat dengan jelas, aku akan terus mengabadikan setiap momen, baik di mata maupun di hati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun